Menggosok Gigi dengan SIWAK

  Miswak ( Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick ( kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak ( Salvadora persica) , di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun ( Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk ( Citrus sinesis) . Akar tanaman Senna ( Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika ( Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem ( Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India.
Al-Lafi dan Ababneh ( 1995) melakukan penelitian terhadap kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi : 

Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.

Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.

Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.

Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.

Anti Decay Agent ( Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
Dalam ajaran Islam

Siwak (atau disebut juga miswak) merupakan kayu dari ranting pohon Aarak atau Peelu, yang lazim terdapat di jazirah Arab. Nama latinnya: Salvadora Persica. Siwak inilah yang biasa digunakan sebagai sikat gigi sekaligus pasta gigi yang terkenal di jazirah Arab.

Keutamaan bersiwak sangat banyak. Bahkan penelitian-penelitian modern menemukan bahwa siwak lebih baik dan alami ketimbang sikat dan pasta gigi yang sekarang beredar luas.Rasulullah SAW pun sangat menyukai bersiwak (menyikat gigi dengan siwak).

Cara Rasulullah SAW bersiwak adalah sebagai berikut:

1. Berdoa sebelum bersiwak. Salah satu do’a yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah: “Allahumma thahhir bissiwaak Asnaaniy, wa qawwiy bihi Litsaatsiy, wa afshih bihi lisaniy“, yang artinya “Wahai Allah sucikanlah gigi dan mulutku dg siwak, dan kuatkanlah Gusi gusiku, dan fashih kan lah lidahku”;

2. Memegang siwak dengan tangan kanan atau tangan kiri (ada perbedaan pendapat tentang hal ini) dan meletakkan jari kelingking dan ibu jari di bawah siwak, sedangkan jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk diletakkan di atas siwak.

3. Bersiwak dimulai dari jajaran gigi atas-tengah, lalu atas-kanan, lalu bawah-kanan, lalu bawah-tengah, lalu atas-tengah, lalu atas-kiri, lalu bawah-kiri. Jadi seperti angka 8 yang ditulis rebah

4. Langkah ke-3 di atas dilakukan 3x putaran;

5. Selesai bersiwak, mengucapkan hamdalah, “Alhamdulillah“.

Kapan saja bersiwak? Rasulullah mencontohkan waktu-waktu utama bersiwak adalah sebagai berikut;

1. Hendak berwudhu dan sholat;

2. Ketika akan memasuki rumah;

3. Ketika bangun tidur. Baca: Cara Tidur Rasulullah SAW;

4. Ketika sedang berpuasa (shaum);

5. Ketika hendak membaca Al-Qur’an.

Beberapa hal lain yang pernah Rasulullah SAW contohkan tentang bersiwak:

1. Cucilah siwak sebelum menggunakan dengan air bersih;

2. Sebelum digunakan, sebaiknya siwak diperbaiki/diperbagus terlebih dahulu;

3. Boleh menggunakan siwak orang lain setelah dibersihkan;

4. Bersungguh-sungguhlah ketika bersiwak;

5. Boleh bersiwak di hadapan orang lain (tidak harus sembunyi-sembunyi).

Referensi:

1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda, “Siwak merupakan kebersihan bagi mulut sekaligus keridhaan bagi Rabb.” (Riwayat Ahmad)

2. Sabda Nabi, “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku, tentulah kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudhu. (Riwayat Bukhari dan Muslim). Dalam redaksi lain, Nabi mengucapkan, “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku tentulah kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan shalat.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

3. Diriwayatkan dari Syuraih bin Hani, ia berkata: “Aku bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah jika memasuki rumahnya?” Aisyah menjawab, “Bersiwak”. (Riwayat Muslim).

4. Nabi Muhammad SAW mencontohkan bersiwak setiap kali bangun tidur, termasuk saat bangun malam. (Riwayat Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah).

5. Aisyah menyebutkan, “Rasulullah tak tidur pada malam atau siang hari lalu beliau bangun kecuali bersiwak terlebih dahulu sebelum wudhu.” (Riwayat Abu Daud).

6. Dari Amir bin Rubaiah, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah bersiwak (berulang kali hingga aku tidak bisa menghitungnya), padahal beliau sedang berpuasa.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

7. Dari Ali ibn Thalib Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah memerintahkan kami bersiwak: ‘Sesungguhnya seorang hamba jika berdiri menunaikan shalat, malaikat lalu mendatanginya, berdiri di belakangnya mendengar bacaan al-Qur`an dan mendekat. Malaikat terus mendengar dan mendekat sampai ia meletakkan mulutnya di atas mulut hamba tersebut, hingga tidaklah dia membaca satu ayat pun kecuali malaikat berada di rongganya.” (Riwayat Baihaqi)

8. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan,”Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersiwak lalu memberiku siwak tersebut utk kucuci. Lalu aku menggunakan utk bersiwak kemudian mencuci setelah menyerahkan kepada beliau.”

9. Musa Al-Asy‘ari radhiyallahu ‘anhu menceritakan:“Aku pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu beliau sedang bersiwak dgn siwak basah. Ujung siwak itu di atas lidah beliau dan beliau mengatakan “o’ o’″ sedangkan siwak di dlm mulut beliau seakan-akan beliau hendak muntah.” [berbagai sumber]

Dipublikasi di Belajar Agama & Ibadah | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

Geo Politik dalam Khasanah budaya Premordial di Kabupaten Lombok Tengah.

IMG_5454Genderang tetabuhan Pilkada ibarat suara alat musik tradisional suku sasak yang terkenal dengan musik gendang beleq yang bentuknya melebihi ukuran gendang, lazimnya dijumpai didaerah lain, mempunyai irama suara rancak menghentak dan menggelegar namun harmonis dan penuh dengan pikatan mistis, karena apapun dalam budaya suku sasak yang mendiami pulau Lombok semua hal kecil maupun besar terhubung dengan alam makro dan mikrokosmik yang sangat kental, begitu pula dengan persebaran penduduknya yang mempunyai karakter berbeda karena terbentuk berdasarkan bentang alam yang sangat kuat mempengaruhi local wisdom masyarakatnya, secara demografi penduduk Kabupaten Lombok Tengah mendiami bentang alam yang sangat komplit dan kompleks yakni wilayah utara dengan pegunungan Rinjani yang kaya akan sumber air dan tanaman, pepohonan yang hijau hingga menjadikan masyarakatnya tercukupi akan kebutuhan dasar hidup karena semua sudah disediakan oleh alam, wilayah selatan yang kontras, tanah pecah dan kering ditumbuhi pohon semak belukar padang tandus dan gersang serta langsung menuju laut lepas meciptakan karakter masyarakat yang keras, ulet, tekun dan bermental baja karena untuk mendapat air sebagai sumber kehidupan mereka harus berjalan kaki berkilo-kilometer demi untuk mengambil air dari sumber mata air yang terbatas.

Sedangkan wilayah tengah Kabupaten Lombok Tengah, adalah wilayah yang cenderung rata dan merupakan arah aliran gravitasi sungai air bawah tanah mempunyai struktur yang sangat ideal untuk dijadikan pusat pertemuan antara utara dan selatan, masyarakat bagian tengah cenderung lebih bersikap oportunis karena memiliki dua karakter yang berbeda ibarat uang koin yang memiliki dua muka, mereka bisa keselatan dan juga bisa keutara karena kemampuan akses mereka yang berada pada titik ideal sering menjadi magnet untuk orang berlomba dan bertarung agar tetap menempel dan menyatu.

gambaran sekilas inilah yang paling sering dipakai oleh orang yang masih awam dan masih menganut kepercayaan mikro maupun makro kosmik untuk selalu mempertemukan semuanya dan mengerucut menjadi titik tertinggi, hal yang berbau metafisika dan logika menjadi tercampur dalam riuh rendah teriakan dan aspirasi akan bangunan ideal itu, tipe kearifan secara menyeluruh untuk mendapatkan keadilan rasa agar beban terfokus dan terpecahkan berada pada wilayah tengah, doktrin dengan menggunakan simbol bahasa sebagai pemersatu, meleburkan garis batas yang tercipta sebelumnya dengan istilah premordial yang ironis lauq kawat dan dayen kawat. sentimen ini sangat mudah dijadikan komoditas untuk membangkitkan gairah bile raweng (membela wilayah) yang dibatasi oleh garis batas imajiner namun sangat kuat mengalahkan bentang alam yang sejati.

pengaruh politik, ketokohan, keluarga dan profesionalitas seakan menjadi nisbi dan transparan karena politik mengedapankan cita rasa dan emosi, letak geografis adalah simbol kekosongan namun harus terisi untuk memenuhi kearifan dan rasa keadilan, serta harga diri sang bentang alam yang telah menjadi kodrat. Pengaruh nasionalisme yang sepi akan jiwa-jiwa berbangsa dan bernegara dengat semangat bekerja demi daerah tercinta dirontokkan oleh sifat lokal yang berdiaspora, semua saling membisiki dan saling berprasangka, hal ini bagi para kaum penjilat dan opotunis adalah sebuah catatan yang harus selalu di perbaharui dan jangan sampai terlupakan karena posisi menentukan kedudukan, mereka menyembunyikan muka asli dengan riasan dandanan karakter yang sangat tipis sehingga sedikit susah membedakan mana wajah yang menangis dan tertawa.

memahami geopolitik merupakan syarat ideal kekinian dalam tradisi pilkada di Lombok Tengah, alur takdir dan harapan keterwakilan tidak cukup hanya melalui partai politik, tapi sejarah dibutuhkan bagi mereka yang ingin jadi pemimpin, perasaan karena merasa mampu berpikir untuk memberikan keadilan serta merasa dekat dengan rakyat secara turun temurun, namun sejak ribuan tahun sebelum masehi plato mengatakan bahwa yang pantas menjadi pemimpin adalah seorang filsuf dan seorang pemimpin bisa dicetak bukan karena nashab dan kebetulan dimasa lampau.

catatan sang kerotan yang terlupakan…

Dipublikasi di Pemikiran Lian Kuswara Yasena | Tag | Meninggalkan komentar

KeShogunan Tokugawa

Keshogunan Tokugawa
1600–1868

image

Lambang keluarga (kamon) klan Tokugawa

Keshogunan Tokugawa (徳川幕府 Tokugawa bakufu?16031868) atau Keshogunan Edo(Edo bakufu) adalah pemerintahan diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu dan secara turun temurun dipimpin oleh shogun keluarga Tokugawa. Dalam periode historis Jepang, masa pemerintahan Keshogunan Tokugawa disebut zaman Edo, karena ibu kota terletak di Edo yang sekarang disebut Tokyo. Keshogunan Tokugawa memerintah dariIstana Edo hingga Restorasi Meiji.

Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang setelah Keshogunan Kamakura danKeshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa dimulai pada tanggal 24 Maret1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishōgun dan berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar (Taisei Hōkan) pada 9 November 1867.

Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai zaman Edo atau zaman Tokugawa. Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang diwarnai dengan maraknya gerakan untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa dikenal dengan sebutan Bakumatsu.

Oda Nobunaga dan penerusnya Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang dizaman Azuchi Momoyama yang berhasil mendirikan pemerintah pusat setelah berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di zaman Sengoku. Setelah Pertempuran Sekigaharapada tahun 1600, kekuasaan pemerintah pusat direbut oleh Tokugawa Ieyasu yang menyelesaikan proses pengambilalihan kekuasaan dan mendapat gelar Sei-i Taishōgun pada tahun 1603. Tokugawa Ieyasu sebetulnya tidak memenuhi syarat sebagai shogun karena bukan keturunan klan Minamoto. Agar syarat utama menjadi shogun terpenuhi, Ieyasu memalsukan garis keturunannya menjadi keturunan klan Minamoto agar bisa diangkat menjadi shogun. Keturunan Ieyasu secara turun-temurun menjadi shogun dan kepala pemerintahan sampai terjadinya Restorasi Meiji.

Di masa Keshogunan Tokugawa, rakyat Jepang dibagi-bagi menurut sistem kelas berdasarkan pembagian kelas yang diciptakan Toyotomi Hideyoshi. Kelassamurai berada di hirarki paling atas, diikutipetanipengrajin dan pedagang. Pemberontakan sering terjadi akibat pembagian sistem kelas yang kaku dan tidak memungkinkan orang untuk berpindah kelas. Pajak yang dikenakan terhadap petani selalu berjumlah tetap dengan tidak memperhitungkan inflasi. Samurai yang menguasai tanah harus menanggung akibatnya, karena jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan semakin hari nilainya semakin berkurang. Perselisihan soal pajak sering menyulut pertikaian antara petani kaya dan kalangan samurai yang terhormat tapi kurang makmur. Pertikaian sering memicu kerusuhan lokal hingga pemberontakan berskala besar yang umumnya dapat segera dipadamkan. Kelompok anti keshogunan Tokugawa justru semakin bertambah kuat setelah keshogunan Tokugawa mengambil kebijakan untuk bersekutu dengan kekuatan asing.

Setelah kalah dalam Perang Boshin yang berpuncak pada Restorasi Meiji, keshogunan Tokugawa berhasil ditumbangkan persekutuan kaisar dengan sejumlah daimyoyang berpengaruh. Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir setelah shogun Tokugawa ke-15 yang bernama Tokugawa Yoshinobu mundur dan kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar (Taisei Hōkan).

Pemerintahan

Keshogunan dan wilayah han

Shogun Tokugawa Ieyasu

Sistem politik feodal Jepang pada zaman Edo disebut Bakuhan Taisei (幕藩体制?), bakudalam “bakuhan” berarti “tenda” yang merupakan singkatan dari bakufu (pemerintah militer atau keshogunan). Dalam sistemBakuhan taisei, daimyo menguasai daerah-daerah yang disebut han dan membagi-bagikan tanah kepada pengikutnya. Sebagai imbalannya, pengikut daimyo berjanji untuk setia dan mendukung daimyo secara militer.

Kekuasaan pemerintah pusat berada di tangan shogun di Edo dan daimyo ditunjuk sebagai kepala pemerintahan di daerah. Daimyo memimpin provinsi sebagai wilayah berdaulat dan berhak menentukan sendiri sistem pemerintahan, sistem perpajakan, dan kebijakan dalam negeri. Sebagai imbalannya, daimyo wajib setia kepada shogun yang memegang kendali hubungan internasional dan keamanan dalam negeri. Shogun juga memiliki banyak provinsi dan berperan sebagai daimyo di provinsi yang dikuasainya. Keturunan keluarga Tokugawa disebar sebagai daimyo di seluruh pelosok Jepang untuk mengawasi daimyo lain agar tetap setia dan tidak bersekongkol melawan shogun.

Keshogunan Tokogawa berhak menyita, menganeksasi, atau memindahtangankan wilayah di antara para daimyo. Sistem Sankin Kotai mewajibkan daimyo bertugas secara bergiliran mendampingi shogun menjalankan fungsi pemerintahan di Edo. Daimyo harus memiliki rumah kediaman sebagai tempat tinggal kedua sewaktu bertugas di Edo. Anggota keluarga daimyo harus tetap tinggal di Edo sebagai penjaga rumah sewaktu daimyo sedang pulang ke daerah, sekaligus sebagai sandera kalau daimyo bertindak di luar keinginan shogun.

Daimyo dari keturunan klan Tokugawa dan daimyo yang secara turun temurun merupakan pengikut setia klan Tokugawa disebut Fudai Daimyo. Sedangkan daimyo yang baru setia kepada klan Tokugawa setelah bertekuk lutut dalam Pertempuran Sekigahara disebut Tozama Daimyo. Golongan yang selalu mendapat perlakuan khusus disebut Shimpan Daimyo, karena berasal tiga percabangan keluarga inti Tokugawa yang disebut Tokugawa Gosankei (Tiga keluarga terhormat Tokugawa) yang masing-masing dipimpin oleh putra Tokugawa Ieyasu:

Tokugawa Yoshinao, penguasa han Owarigenerasi pertamaTokugawa Yorinobu, penguasa han Kishūgenerasi pertamaTokugawa Yorifusa, penguasa han Mitogenerasi pertama.

Lambang keluarga Tokugawa berupa Mitsuba Aoi (tiga helai daun Aoi) hanya boleh digunakan garis keturunan utama keluarga Tokugawa dan Tokugawa Gosankei. Putra-putra lain Tokugawa Ieyasu hanya diberi nama keluarga Matsuidara dan tidak mendapatkan nama keluarga Tokugawa.

Di awal zaman Edo, keshogunan Tokugawa sangat kuatir terhadap Tozama Daimyo yang dianggap memiliki kesetiaan yang tipis terhadap klan Tokugawa. Berbagai macam strategi dirancang agar Tozama Daimyo tidak memberontak. Sanak keluarga klan Tokugawa sering dikawinkan dengan Tozama Daimyo, walaupun sebenarnya tujuan akhir keshogunan Tokugawa adalah memberantas habis semua Tozama Daimyo. Keshogunan Tokugawa justru akhirnya berhasil ditumbangkan Tozama Daimyo dari Satsuma,ChoshuTosa, dan Hizen.

Keshogunan Tokugawa memiliki sekitar 250 wilayah han yang jumlahnya turun naik sesuai keadaan politik. Peringkat wilayah han ditentukan pemerintah berdasarkan total penghasilan daerah dalam setahun berdasarkan unit koku. Penghasilan minimal yang ditetapkan shogun untuk seorang daimyo adalah 10.000 koku. Daimyo yang memegang wilayah makmur dan berpengaruh mempunyai penghasilan sekitar 1 juta koku.

Hubungan shogun dan kaisar

Keshogunan Tokugawa menjalankan pemerintah pusat dari Edo, sedangkan penguasa sah Jepang dipegang kaisar Jepang yang berkedudukan di Kyoto. Kebijakan pemerintahan dikeluarkan istana kaisar di Kyoto dan diteruskan kepada klan Tokugawa. Sistem ini berlangsung sampai kekuasaan pemerintah dikembalikan kepada kaisar pada zaman Restorasi Meiji.

Keshogunan Tokugawa menugaskan perwakilan tetap di Kyoto yang disebut Kyōto Shoshidai untuk berhubungan dengan kaisar, keluarga kaisar dan kalangan bangsawan.

Perdagangan luar negeri

Keshogunan Tokugawa mengeruk keuntungan besar dari monopoli perdagangan luar negeri dan hubungan internasional. Perdagangan dengan kapal asing dalam jumlah terbatas hanya diizinkan di Provinsi Satsuma dan daerah khususTsushima. Kapal-kapal Namban dari Portugalmerupakan mitra dagang utama keshogunan Tokugawa yang diikuti jejaknya oleh kapal-kapal Belanda, Inggris dan Spanyol.

Jepang berperan aktif dalam perdagangan luar negeri sejak tahun 1600. Pada tahun 1615, misi dagang dan kedutaan besar di bawah pimpinan Hasekura Tsunenagamelintasi Samudra Pasifik ke Nueva Espanadengan menggunakan kapal perang Jepang bernama San Juan Bautista. Sampai dikeluarkannya kebijakan Sakoku pada tahun 1635, shogun masih mengeluarkan izin bagi kapal-kapal Shuisen (Kapal Segel Merah) yang ingin berdagang dengan Asia. Setelah itu, perdagangan hanya diizinkan dengan kapal-kapal yang datang Tiongkok danBelanda.

Lembaga pemerintahan

Rōjū dan Wakadoshiyori

Menteri senior (rōjū) diangkat dari anggota keshogunan yang paling senior dan bertugas sebagai pengawas ōmetsuke, machibugyō, ongokubugyō dan pejabat-pejabat tinggi lain. Tugas lain menteri senior adalah berhubungan dengan berbagai kalangan, seperti istana kaisar di Kyoto, kalangan bangsawan (kuge), daimyo, kuil Buddha danJinja, termasuk menghadiri berbagai macam rapat seperti rapat pembagian daerah. Keshogunan Tokugawa memiliki 4-5 menteri senior yang masing-masing bertugas sebulan penuh secara bergantian. Shogun meminta pertimbangan menteri senior jika ada persoalan penting yang harus diselesaikan. Pada perombakan birokrasi pada tahun 1867, posisi menteri senior dihapus dan diganti dengan sistem kabinet, sehingga ada menteri dalam negeri, menteri keuangan, menteri luar negeri, menteri angkatan darat dan menteri angkatan laut.

Pada prinsipnya, Fudai Daimyo yang memiliki wilayah kekuasaan minimal 50.000 koku memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai menteri senior. Walaupun demikian, pejabat menteri senior sering berasal dari birokrat yang dekat dengan shogun, seperti pejabat soba yōnin, Kyoto shoshidai dan Osaka jōdai.

Shogun kadang kala menunjuk seorang menteri senior untuk mengisi posisi Tairō(tetua atau penasehat). Pejabat Tairō dibatasi hanya berasal dari klan Ii, Sakai, Doi dan Hotta, walaupun Yanagisawa Yoshiyasupernah juga diangkat sebagai pengecualian. Ii Naosuke merupakan Tairō yang paling terkenal, tapi tewas dibunuh pada tahun 1860 di luar pintu gerbang Sakurada, Istana Edo.

Sebagai kelanjutan dari dewan rokuninshū(1633–1649) yang terdiri dari 6 anggota, keshogunan Tokugawa membentuk dewanwakadoshiyori yang berada persis di bawah posisi menteri senior (rōjū). Dewanwakadoshiyori terbentuk pada tahun 1662 dan terdiri dari 4 anggota. Tugas utama dewanwakadoshiyori adalah mengurusi hatamotodan gokenin yang merupakan pengikut langsung shogun.

Sebagian shogun juga mengangkat pejabatsoba yōnin yang bertugas sebagai perantara antara shogun dan rōjū. Posisi soba yōninmenjadi sangat penting pada masa shogun Tokugawa ke-5 yang bernama Tokugawa Tsunayoshi akibat salah seorang pejabat wakadoshiyori bernama Inaba Masayasumembunuh pejabat tairō bernama Hotta Masatoshi. Shogun Tsunayoshi yang cemas akan keselamatan dirinya memindahkan kantor rōjū hingga jauh dari bangunan utama istana.

Ōmetsuke dan Metsuke

Pejabat yang melapor kepada rōjū and wakadoshiyori disebut ōmetsuke dan metsuke. Lima orang pejabat ōmetsuke diberi tugas memata-matai para daimyo, kalangan bangsawan (kuge) dan istana kaisar agar segala usaha pemberontakan bisa diketahui sejak dini.

Di awal zaman Edo, daimyo seperti Yagyū Munefuyu pernah ditunjuk sebagai pejabat ōmetsuke. Selanjutnya, jabatan ōmetsuke cuma diisi oleh hatamoto yang berpenghasilan minimal 5.000 koku. Shogun sering menaikkan penghasilan ōmetsuke menjadi 10.000 koku agar ōmetsuke bisa dihargai dan berkedudukan sejajar dengan daimyo yang sedang diawasi. Pejabat ōmetsuke juga menerima gelar kami, sepertiBizen-no-kami yang berarti penguasa provinsi Bizen.

Sejalan dengan perkembangan waktu, fungsi pejabat ōmetsuke berubah menjadi semacam kurir yang menyampaikan perintah dari keshogunan Tokugawa ke para daimyo. Pejabat ōmetsuke juga diserahi tugas melangsungkan upacara seremonial di lingkungan Istana Edo. Pengawasan kehidupan beragama dan pengendalian senjata api merupakan tanggung jawab tambahan pejabat ōmetsuke.

Pejabat metsuke melapor kepada wakadoshiyori dan bertugas sebagai polisi militer bagi shogun. Tugasnya mengawasi ribuan hatamoto and gokenin yang berpusat di Edo. Masing-masing wilayah han juga memiliki metsuke yang berfungsi sebagai polisi militer bagi para samurai.

San-bugyō

Pelaksanaan pemerintahan dilakukan olehsan-bugyō (tiga lembaga administrasi): jishabugyō, kanjōbugyō dan machibugyō. Pejabat jishabugyō berstatus paling elit karena para pejabat selalu berhubungan dengan kuil Buddha (ji) dan kuil Shinto (sha) dan diberi hak penguasaan atas tanah. Pejabat jishabugyō juga menerima pengaduan dari pemilik tanah di luar 8 provinsi Kanto. Pejabat jishabugyō ditunjuk dari kalangan daimyo, dengan Ōoka Tadasuke sebagai pengecualian.

Pejabat kanjōbugyō yang terdiri dari 4 orang melapor langsung kepada rōjū. Tugasnya sebagai auditor keuangan keshogunan Tokugawa.

Pejabat machibugyō merupakan pelaksana pemerintahan tingkat lokal. Tugasnya merangkap-rangkap sebagai walikota, kepala polisi, kepala pemadam kebakaran, dan hakim pengadilan pidana dan hukum perdata, tapi tidak bertanggung jawab terhadap samurai. Pejabat machibugyō yang terdiri dari 2 orang (pernah juga sampai 3 orang) biasanya diambil dari hatamoto, bertugas bergantian selama satu bulan penuh.

Tiga orang pejabat machibugyō menjadi terkenal berkat film samurai (jidaigeki), pejabat bernama Ōoka Tadasuke dan Tōyama Kinshirō (Tōyama no Kinsan) selalu digambarkan sebagai pahlawan, sedangkan Torii Yōzō sebagai penjahat.

Pejabat san-bugyō merupakan anggota dari dewan yang disebut Hyōjōsho. Anggota dewan hyōjōsho bertanggung jawab dalam soal administrasi tenryō, mengawasi gundai, daikan dan kura bugyō. Selain itu, anggota dewan hyōjōsho juga hadir sewaktu diadakan dengar pendapat sehubungan dengan kasus yang melibatkan samurai.

Tenryō, Gundai dan Daikan

Shogun juga menguasai secara langsung tanah di berbagai daerah di Jepang. Tanah milik shogun disebut Bakufu Chokkatsuchiyang sejak zaman Meiji disebut sebagaiTenryō. Shogun memiliki tanah yang sangat luas, mencakup daerah-daerah yang sudah sejak dulu merupakan wilayah kekuasaan Tokugawa Ieyasu, ditambah wilayah rampasan dari para daimyo yang kalah dalam Pertempuran Sekigahara, serta wilayah yang diperoleh dari pertempuran musim panas dan musim dingin di Osaka. Di akhir abad ke-17, seluruh wilayah kekuasaan Tokugawa bernilai 4 juta koku. Kota perdagangan seperti Nagasaki dan Osaka, berbagai lokasi pertambangan seperti tambang emas di Sadotermasuk ke dalam wilayah kekuasaan langsung shogun.

Wilayah kekuasaan shogun tidak dipimpin oleh daimyo melainkan oleh pelaksana pemerintahan yang memegang jabatangundaidaikan, dan ongoku bugyō. Kota-kota penting seperti Osaka, Kyoto and Sumpudipimpin oleh machibugyō, sedangkan kota pelabuhan Nagasaki dipimpin oleh Nagasaki bugyō yang ditunjuk oleh shogun darihatamoto yang sangat setia pada shogun.

Daftar shogun klan Tokugawa

Tokugawa Ieyasu (1543–1616), berkuasa: 1603–1605Tokugawa Hidetada (1579–1632), berkuasa: 1605–1623Tokugawa Iemitsu (1604–1651), berkuasa: 1623–1651Tokugawa Ietsuna (1641–1680), berkuasa: 1651–1680Tokugawa Tsunayoshi (1646–1709), berkuasa: 1680–1709Tokugawa Ienobu (1662–1712), berkuasa: 1709–1712Tokugawa Ietsugu (1709–1716), berkuasa: 1713–1716Tokugawa Yoshimune (1684–1751), berkuasa: 1716–1745Tokugawa Ieshige (1711–1761), berkuasa: 1745–1760Tokugawa Ieharu (1737–1786), berkuasa: 1760–1786Tokugawa Ienari (1773–1841), berkuasa: 1787–1837Tokugawa Ieyoshi (1793–1853), berkuasa: 1837–1853Tokugawa Iesada (1824–1858), berkuasa: 1853–1858Tokugawa Iemochi (1846–1866), berkuasa: 1858–1866Tokugawa Yoshinobu (Keiki) (1837–1913), berkuasa: 1867–1868

Tokoh terkenal dalam keshogunan Tokugawa:

Tokugawa Mitsukuni dari Mito (Mito Komon)Tokugawa Nariaki dari Mito

Lihat pula

Akhir Keshogunan TokugawaRestorasi Meiji

Dipublikasi di Sejarah & Tokoh | Tag | Meninggalkan komentar

Biografi Abul Wafa – Matematikawan Muslim Sejati

 Abul Wafa

Islam telah memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan yang sangat banyak kepada dunia. Salah satunya dengan melahirkan banyak ilmuwan berbakat disetiap bidang. Para ilmuwan Muslim tersebut telah menelurkan berbagai penemuan yang sangat penting bagi umat manusia. Banyak hasil penemuannya yang dijadikan acuan dalam mengembangkan penelitian yang lebih lanjut hingga saat ini, sehingga banyak diantara ilmuwan Muslim tersebut yang dikagumi dan dijadikan tokoh panutan baik itu di timur atau barat.
Diantara sekian banyak tokoh tersebut diantaranya ada sederet nama yang sudah tak asing lagi bagi kita seperti Ibnu Sina atau Aviccena sang ahli kedokteran, Al Khawarizmi sang ahli matematika, Ibnu Batutah yang telah melakukan perjalanan dan mencatat hasil perjalanan keliling dunianya sebelum Colombus. Yang tak kalah penting karyanya adalah Abul Wafa, berikut ini Biografi Abul Wafa.
Biografi Abul Wafa

Selain Al Khawarizmi, Islam juga memiliki ahli matematika hebat yang lain yang hidup antara 10M. Beliau adalah Abul Wafa Al Buzjani. Bahkan menurut George Sarton yang seorang sejarawan sains, ia menyebut dalam buku karangannya Introduction to the History of Science, bahwa Abu Wafa adalah seorang matematikawan terhebat yang dimiliki peradaban Islam.
Yang menjadi ciri unik dari ilmuwan Muslim adalah tidak hanya satu bidang saja yang dikuasainya minimal ilmu umum dan ilmu agama. Begitu juga dengan Abul Wafa, selain sebagai matematikawan, beliau juga terkenal sangat menguasai bidang astronomi dan seorang insinyur.
Nama di Kawah Bulan

Saking ahlinya dalam bidang astronomi, nama Abul Wafa pun diabadikan sebagai nama salah satu kawah di bulan.
Kawah di bulan memang diberi nama berdasarkan nama ilmuwan yang telah berjasa dalam mengubah dunia. Ada beberapa ilmuwan Islam yang juga namanya diabadikan sebagai nama kawah dibulann namun kebanyakan menggunakan nama panggilan barat bukan nama aslinya dan hanya Abul Wafa saja yang namanya tak diganti oleh barat dan tetap menggunakan nama asli “Abul Wafa”.
Diantara sekian banyak ilmuwan Muslim hanya 24 orang saja yang diakui oleh IAU (Organisasi Ilmuwan Astronomi) dan namanya dijadikan nama kawah bulan dimana Abul Wafa juga ikut terhitung. Kawah Abul Wafa berada di koordinat 1.00 Timur, 116.60 Timur dengan diameter 55km dan kedalaman 2,8km.
Lokasi kawah bulan Abul Wafa terletak di dekat ekuator bulan. Letaknya berdekatan dengan sepasangang kawah Ctesibius dan Heron di sebelah timur. Di sebelah baratdaya kawah bulan Abul Wafa terdapat kawah Vesalius dan di arah timur laut terdapat kawah bulan yang lebih besar bernama King. Begitulah dunia astronomi modern mengakui jasa dan kontribusinya sebagai seorang astronom di abad X.
Kisah Abul Wafa

Abul Wafa dilahirkan pada tanggal 10 Juni 940M atau 328H di Buzjan, Khurasan , Iran. Beliau terlahir dengan nama Abu al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Ibn Abbas al-Buzjani. Paman-paman beliaulah yang telah berjasa memperkenlkannya dengan ilmu matematika ini yaitu Abu Umar al- Maghazli dan Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba serta Abu Yahya al-Marudi dan Abu al-Ala’ Ibn Karnib.
Kesenangan Abul Wafa akan ilmu matematika sangat didukung oleh keluarganya dan situasi saat itu dimana ketika Abu Wafa lahir, di wilayah Iran sedang berkembang sebuah dinasti Buwaih (945-1055) dimana sangat mensupport ilmu pengetahuan dan seni.
Pada tahun 983M, Dinasti Buwaih memindahkan pemerintahannya ke Baghdad, sehingga untuk mendukung penelitiannya, Abul Wafa juga ikut pindah ke baghdad. Di Baghdad, Abul Wafa bergabung bersama para ilmuwan lainnya yaitu Al Quhi dan Al Sijzi yang juga ilmuwan matematika. Para ilmuwan ini mendapat tempat istimewa di istana Adud Ad Dawlah. B
ahkan karena kecintaannya pada ilmu dan para ilmuwan, sang putera mahkota Sharaf Ad Dawlah membangun sebuah Observatorium di lingkungan istana dan diresmikan pada tahun 988M di bulan Juni. Abul Wafa dan para ilmuwan pun semakin bersemangat mengembangkan ilmu pengetahuan terutama astronomi dan matematika serta semakin betah tinggal di istana.
Abul Wafa telah berhasil membangun kuadran dinding yang berfungsi memantau pergerakan bintang-bintang di langit. Namun sayang, setelah sang sultan Sharaf Ad Dawlah wafat, observatorium itu ditutup.
Hasil Karya Abul Wafa

Abul Wafa dikenal sebagai ilmuwan yang serba bisa. Seluruh hidupnya ia dedikasikan untuk melakukan berbagai penelitian dan melahirkan berderet inovasi penting bagi ilmu matematika. Seperti telah meneliti dan membenarkan berbagai pemikiran Eucklid, Diophantos dan Al Khawarizmi. Namun sayang hasil pembenaran pemikiran Abul Wafa terhadap pemikiran tokoh sains diatas telah hilang entah kemana.
Beliau juga telah menghasilkan kitab Al-Kamil yaitu buku lengkap yang membahas tentang aritmatika praktis. Abul Wafa juga membuat kitab Al Handasa yang berisis pengkajian dalam penerapan geometri dan menghasilkan tabel sinus. Yang tak kalah menarik adalah diketemukannya rumusan tangen, secan dan co secan sebagai perluasan rumus sinus dan co sinus oleh Abul Wafa, beliau juga kemudian membuat tabel tangen. Beliau sangat tangkas dalam bidang geometri.
Ilmuwan Barat yaitu Baron Carra de Vaux telah mengambil buah pikiran Abul Wafa tentang konsep secan.

Hasil karya Abul Wafa lainnya yaitu Kitab fima Yahtaju Ilaihi al- Kuttab wa al-Ummal min ‘Ilm al-Hisab yang membahas tuntas tentang aritmatika disamping kitab Al Kamil yang juga hasil karyanya. Dua salinan kitab itu, sayangnya tak lengkap, kini berada di perpustakaan Leiden, Belanda serta Kairo Mesir.
Dalam geometri, ia menulis “Kitab fima Yahtaj Ilaih as-Suna’ fi ‘Amal al-Handasa”. Buku itu ditulisnya atas permintaan khusus dari Khalifah Baha’ ad Dawla. Salinannya berada di perpustakaan Masjid Aya Sofya, Istanbul. Kitab al-Majesti adalah buku karya Abul Wafa yang paling terkenal dari semua buku yang ditulisnya. Salinannya yang juga sudah tak lengkap kini tersimpan di Perpustakaan nasional Paris, Prancis.
Saya ingat betul, pelajaran matematika yang membahas tentang Trigonometri dan Geometri sangat tidak mudah, namun waktu itu saya tak menyadari bahwa itu adalah buah pikiran dari ilmuwan Muslim, Abul Wafa. Beliau sangat berjasa besar dalam studi matematika Trigonometri ini. Trigonometri berasal dari kata trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur. Ini adalah adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigo no met rik seperti sinus, cosinus, dan tangen.
Trigonometri memiliki hubungan dengan geometri, meskipun ada ketidaksetujuan tentang apa hubungannya; bagi beberapa orang, trigonometri adalah bagian dari geometri. Dalam trigonometri, Abul Wafa telah memperkenalkan fungsi tangen dan memperbaiki metode penghitungan tabel trigonometri. Ia juga tutur memecahkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan spherical triangles.
Secara khusus, Abul Wafa berhasil menyusun rumus yang menjadi identitas trigonometri. Inilah rumus yang dihasilkannya itu:

sin(a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)

cos(2a) = 1 – 2sin2(a)

sin(2a) = 2sin(a)cos(a)
Selain itu, Abul Wafa pun berhasil membentuk rumus geometri untuk parabola, yakni:

x4 = a and x4 + ax3 = b.
Rumus-rumus penting itu hanyalah secuil hasil pemikiran Abul Wafa yang hingga kini masih bertahan. Kemampuannya menciptakan rumus-rumus baru matematika membuktikan bahwa Abul Wafa adalah matematikus Muslim yang sangat jenius.
Abul Wafa Meninggal

Abul Wafa wafat pada tanggal 15 juli 998 di Baghdad, Irak. Beliau sangat berjasa dalam memajukan matematika dan astronomi. Karya-karyanya masih tetap dijadikan acuan hingga sekarang.

Dipublikasi di Sejarah & Tokoh | Tag | Meninggalkan komentar

Biografi Abu Nawas – Pujangga Arab

 Jika mendengar nama Abu Nawas, saya terkenang akan masa kecil, dimana nama Abu Nawas pernah menjadi ikon dari salah satu majalah anak-anak jaman dahulu. Kisahnya yang jenaka dan menggelitik membuat saya enggan melewatkan satu episode pun dari majalah tersebut. Kalau tak salah nama majalah yang memuat cerita-cerita Abu Nawas itu adalah “Mentari”. Berikut ini akan dibahas tentang Biografi Abu Nawas.

Biografi

Abu Nawas adalah salah seorang penyair dan pujangga sastra Arab klasik. Namanya sering dikaitkan dengan cerita Seribu Satu Malam. Ia dilahirkan pada 145 H atau 747M di kota Ahvaz Persia (Iran). Abu Nawas memiliki nama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami, dari ayah seorang anggota legiun militer Marwan II yaitu Hani Al Hakam yang seorang Arab dan ibu seorang Persia bernama Jalban dimana pekerjaannya adalah mencuci kain wol.
Sejak kecil Abu Nawas sudah yatim, ibunya harus banting tulang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Abu Nawas juga seperti anak lainnya dimana umurnya waktu kecil dihabiskan untuk belajar pada orang terpelajar lainnya. Abu Nawas sangat menyukai syair. Ia belajar sastra Arab dari Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Abu Nawas juga memperdalam Al Quran dari seorang ahli yang bernama Ya’qub al Hadrami sedangkan ilmu hadist belajar dari Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al Qattan dan Azhar bin Sa’ad as Samman.
Orang-orang yang sangat mempengaruhi gaya bahasa Abu Nawas dalam menulis syair adalah Walibah bin Habab al-Asadi. Ia adalah penyair dari Kufah yang sangat tertarik dengan bakat Abu Nawas. Dari penyair inilah akhirnya gaya bahasa syair Abu Nawas yang awalnya kasar menjadi lebih halus, berkelas dan teratur. Dalam gemblengan Walibah bin Habab al-Asadi, Abu Nawas berhasil mencapai puncak karirnya.
Menjadi Penyair Terkenal
Abu Nawas yang sudah terkenal itu kemudian pindah ke Baghdad yang merupakan pusat peradapan dan kejayaan dunia saat itu (mungkin kalau sekarang seperti Amerika). Di pusat peradapan Dinasti Abbasyiah inilah ia kemudian banyak bergaul dengan para bangsawan. Abu Nawas sering bersyair untuk para bangsawan dan saudagar. Tentunya syairnya banyak yang berisi kata-kata pujian dan sanjungan agar mereka senang dan memberikan upah yang tinggi untuk Abu Nawas. Ia jadi terkenal sebagai penyair yang menjilat penguasa untuk kepentingan dirinya.
Gaya hidup Abu Nawas menjadi sering glamour dan hura-hura, banyak hal kontroversial yang dilakukannya. Ia tampil sebagai tokoh unik sekaligus kontroversial dalam khasanah sastra Arab.
Didalam suatu kitab sejarah sastra Arab yang berjudul Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas diceritakan sebagai seorang penyair dan sastrawan yang multi talenta, cerdik, multivisi, tajam berkata-kata dan tentunya jenaka. Ia sebenarnya juga menulis karya-karya ilmiah akan tetapi jarang dibahas dan tertutup oleh karya syairnya. Ia terkenal sebagai penyair yang jenaka, bertingkah lucu dan tak lazim.
Kepandaiannya dalam menulis syair dan puisi memikat penguasa saat itu yaitu Raja Harun Al Rasyid yang kemudian memanggilnya ke istana untuk dijadikan syairul bilad atau penyair istana.
Abu Nawas Dipenjarakan
Abu Nawas tak selalu berlimpah kemewahan, Di akhir hidupnya ia malah terkena masalah dengan penguasa setempat. Ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudar untuk Khalifah, tak disangka Khalifah tersinggung dengan puisi Abu Nawas. Sang penguasa akhirnya menjebloskan Abu Nawas ke penjara.
Di penjara inilah kehidupan Abu Nawas berubah drastis yang semula penuh kemewahan menjadi penuh keprihatinan, namun justru saat itulah sisi spiritualnya terketuk. Ia jadi sering mendekatkan diri pada Allah. Syair-syair dan puisinya yang awalnya berisi kepongahan dan keglamoran menjadi lebih bernuansa religi dan kepasrahan kepada Allah.
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.
Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad. Doa abunawas yg terkenal Al i’tirof

Dipublikasi di Sejarah & Tokoh | Tag | Meninggalkan komentar

Biografi Abu Bakar As Sidiq – Sahabat Rosulullah, Khulafaur Rasyidin Pertama

 Abu Bakar As Sidiq
Abu Bakar As Sidiq adalah salah satu sahabat yang paling dekat dengan Rosullullah. Beliau adalah salah satu dari empat Khulafaurrasyidin atau kalifah pertama pengganti Nabi Muhammad SAW. Beliau juga termasuk dalam Assabiqunal Awwalun yaitu orang yang pertama kali masuk Islam.
Abu Bakar As Sidiq dilahirkan ditahun yang sama dengan Nabi yaitu antara 571/572 Masehi di Mekkah. Nama asli beliau adalah Abdullah ibni Abi Quhaafah. Abu Bakar berarti ‘ayah si gadis’, yaitu ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah (artinya ‘hamba Ka’bah’), yang kemudian diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah (artinya ‘hamba Allah’).
Sumber lain menyebutkan namanya adalah Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Quhafah adalah kunya atau nama panggilan ayahnya). Gelar As-Sidiq (yang dipercaya) diberikan Nabi Muhammad SAW sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq. Menurut sejarah, gelar As Sidiq ini diberikan oleh Nabi karena Abu Bakar adalah sahabat pertama yang mempercayai dan mengimani peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad.

Abu Bakar adalah seorang saudagar yang cuup sukses dan kaya raya. Beliau juga seorang hakim agung yang sangat populer di masanya serta memiliki pendidikan dan kedudukan yang tinggi di masyarakat. Keahlian Abu Bakar lainnya adalah bisa menafsirkan mimpi. Ibaratnya adalah Abu Bakar itu seorang bangsawan dan konglomerat.
Masuk Islam
Ketika Islam baru pertama kali disampaikan, banyak pemeluk Islam adalah berasal dari orang yang tertindas , budak, kaum marjinal, serta anak-anak muda yang menginginkan keadilan dimana Islam bakal memberi jawaban tentang itu. Namun Abu Bakar dengan kedudukan dan pengaruh yang seperti itu dimasyarakat memutuskan bergabung dengan barisan Islam adalah suatu magnet tersendiri bagi Islam. Banyak yang akhirnya memeluk Islam bersama Abu Bakar.
Walau ia berasal dari golongan kuat, namun Abu Bakar juga mengalami hal yang tak mengenakkan seperti pemeluk Islam awalan lainnya. Seperti intimidasi, dipaksa untuk kembali ke jaran jahiliyah, pemboikotan dagang, fitnahan dan lain sebagainya. Walau begitu, Abu Bakar tetap kuat dalam iman Islamnya bahkan beliau juga mengorbankan seluruh hartanya untuk perjuangan Islam. Abu Bakar juga telah memerdekakan banyak budak Islam yang disiksa oleh majikannya.
Abu Bakar adalah satu-satunya teman Nabi saat berhijrah ke Madinah pada 622 Masehi. Beliau bersama Nabi berdua menyisiri tandusnya gurun Arabia guna berhijrah ke Madinah. Beliau juga melindungi Nabi saat berhijrah dan dikejar-kejar oleh kafir Quraisy.
Khalifah Pertama
Ketika Rosullullah akan meninggal, Abu Bakar ditunjuk sebagai imam shalat. Hal ini menjadi petunjuk bagi umat Islam bahwa sepeninggal Nabi, Abu Bakar-lah yang menjadi khalifah menggntikan Nabi mengurus pemerintahan dan umat bukan pengganti sebagai Rosul. Sempat terjadi perselisihan pada kaum Syiah yang tak mau mengakui Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Menurut mereka Nabi pernah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya, namun Ali bin Abi Thalib sendiri bersedia baiat atau mengakui Abu Bakar sebagai khalifah sehingga pertentangan bisa diselesaikan dengan damai.
Setelah diangkat menjadi khalifah, Abu Bakar segera melakukan tugasnya. Yang pertama ialah memerangi Musailamah Al Kazab (si Nabi palsu) yang mengaku menjadi Nabi setelah Rosul Muhammad.
Tugas selanjutnya adalah memaksa dan memerangi suku-suku yang tidak mau membayar zakat. Menurut suku-suku itu, zakat adalah upeti kepada Nabi Muhammad dan bila Nabi wafat maka tak ada kewajiban lagi membayarnya. Padahal zakat adalah harta yang harus dibayarkan setiap muslim yang telah mencapai nishob dan diniatkan untuk ridha Allah bukan upeti.
Setelah selesainya beragam pemberontakan dan masalah internal, barulah Abu Bakar melakukan dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia seperti ke Bizantium dan Sasanid serta Irak dan Suriah.
Wafatnya Abu Bakar
Abu Bakar As Sidiq menjadi khalifah dalam jangka waktu 2 tahun. Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah. Beliau dimakamkan di samping makam Rasullullah Saw. Selanjutnya posisi khalifah digantikan oleh Umar bin Khatab.

Dipublikasi di Sejarah & Tokoh | Tag , , | Meninggalkan komentar

SOCRATES, PLATO DAN ARISTOTELES

 PEMIKIRAN SOCRATES, PLATO DAN ARISTOTELES BAB I

PENDAHULUAN
Perkembangan filsafat Yunani dalam paruh kedua dari abad ke-5 SM. Zaman ini meliputi aliran yang disebut Sofistik maupun fisafat Sokrates. Ternyata Sokrates tidak begitu bersahabat dengan kaum Sofis. Filsafat Sokrates sebagian dapat dimengerti sebagai reaksi serta kritik atas pendapat-pendapat kaum Sofis. Filsuf dan sastrawan Roma yang bernama Cicero akan mengatakan bahwa Sokrates telah memindahkan filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya bahwa filsafat prasokratik, telah memandang alam semesta dengan rupa-rupa cara, sedangkan Sokrates mencari objek penyelidikannya di bumi ini, yakni manusia. Tetapi hal yang sama dapat dikatakan juga tentang kaum Sofis. Mereka pun memusatkan seluruh perhatiannya kepada manusia. Ketika dalam mempelajari filsafat prasokratik, sudah beberapa kali dijumpai dengan persoalan-persoalan yang menyangkut manusia, tetapi hanya sepintas lalu. Dalam zaman ini manusia menjadi objek pertama dan utama untuk penyelidikan filsafat.[1]
BAB II

PEMBAHASAN PEMIKIRAN

SOCRATES, PLATO DAN ARISTOTELES

A. SOCRATES

1. Riwayat Hidup Socrates

Socrates dijatuhi hukuman mati pada tahun 399 SM. Kita tahu bahwa saat itu usianya 70 tahun. Itu berarti ia lahir pada tahun 470 atau sekitarnya. Konon bapaknya, Sophroniskos adalah pemahat, tetapi berita itu agaknya tidak mempunyai dasar historis. Ibunya, Phainarete adalah bidan. Ada kesaksian pula bahwa Socrates adalah murid Arkhelaos, filsuf yang mengganti Anaxagoras di Athena. Selain itu juga ia membaca buku Anaxagoras, karena tertarik oleh ajarannya mengenai nus. Tetapi ia sangat kecewa tentang isi ajaran itu. Pada usia masih muda ia berbalik dari filsafat alam dan mulai mencari jalannya sendiri.

Karena Socrates masuk tentara Athena sebagai hopilites,[2] dapat disimpulkan bahwa mula-mula ia tidak berkekurangan, sebab di Athena hanya pemilik-pemilik tanah diizinkan dalam pasukan itu. Tetapi lama-kelamaan ia menjadi miskin, karena ia hanya mengutamakan keaktifannya sebagai filsuf. Pada usia lebih lanjut ia menikah dengan Xantippe. Pandangan popular yang melukiskan bahwa wanita ini tidak mempunyai dasar historis. Ia dikaruniai 3 anak laki-laki, dua diantara mereka masih kecil pada waktu kematiannya.

Bertentangan dengan para Sofis, Socrates tidak meninggalkan kota asalnya kecuali tiga kali ketika ia memenuhi kewajiban sebagai warga negara di medan perang. Dalam pertempuran ia menonjol karena keberaniannya. Satu kali ia menyelamatkan hidup sahabatnya, Alkibiades. Sedapat mungkin ia tidak campur tangan dalam politik. Tetapi apabila beberapa kali ia menunaikan tugas negara, ia juga memperlihatkan keberanian yang menonjol.

2. Pemikiran Socrates

Ajaran bahwa semua kebenaran itu relative telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relative, ada kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya kita peroleh dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato. Kehidupan Socrates (470-399 SM) berada di tengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya sempat menyaksikan keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-orang oligarki dan orang-orang demokratis. Di sekitarnya dasar-dasar lama remuk, kekuasaan jahat mengganti keadilan disertai munculnya penguasa-penguasa politik yang menjadi orang-orang yang sombong dibandingkan dengan sebelumnya.

Pemuda-pemuda Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relativisme dari kaum sofis, sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.

Antara tahun 421 dan 416 SM adalah masa-masa buruknya hubungan antara Athena dan Sparta. Periode ini menyaksikan kebangkitan Alcibiades, salah seorang murid Socrates. Akan tetapi, ia pula yang menjadi salah satu factor yang menyebabkan kehancuran Athena. Ia bertanggung jawab atas kekalahan Athena di Syracuse 413 SM. Beberapa negara kecil datang merampok Athena. Revolusi ini menandai mulai hancurnya Athena. Delapan tahun kemudian orang-orang Sparta, dibawah komandannya Lysander, menghancurkan Athena. Tahun 404 SM Perang Peloponesia berakhir, menghasilkan Athena takluk di bawah Sparta. Antara tahun 404-403 partai Oligarki menguasai Athena. Tiga tiran berkuasa dengan tangan besi dan menggunakan metode terror. Tahun 403 SM demokrasi untuk terakhir kalinya dicoba dibangun, tetapi itu bukanlah pemerintahan yang bijaksana. Di bawah sponsor merekalah pada tahun 399 SM Socrates dituduh dengan dua tuduhan, yaitu merusak pemuda dan menolak tuhan-tuhan negara.

Akan tetapi, Kierkegaard, Bapak Eksistensialisme Modern, amat mengagumi Socratess, dan ia menjadikan filsafat Socrates sebagai model filsafatnya. Kierkegaard menulis desertasi tentang filsafat Socrates. Socrates amat berarti bagi Kierkegaard karena Socrates secara konstan menentang orang-orang sofis pada zaman itu. Ia menekankan bahwa banyak filosof abad 19, khususnya Hegel, pada dasarnya menganut faham yang sama dengan orang sofis.

Untuk membuktikan tuduhan itu Socrates diadili oleh pengadilan Athena. Pidato pembelaannya ditulis oleh Plato, berjudul Apologia, termasuk salah satu bahan penting untuk mengetahui ajaran Socrates. Dalam pengadilan itu Socrates dinyatakan bersalah dengan mayoritas 60 suara, 280 melawan 220. Ia dituntut hukuman mati.

Bertens menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran itu ditujukan untuk mneentang ajaran relativisme sofis. Ia ingin menegakkan sains dan agama. Kalau dipandang sepintas lalu, Socrates tidaklah banyak berbeda dengan orang-orang sofis. Sama dengan orang sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari. Akan tetapi, ada perbedaan yang amat penting antara orang sofis dan Socrates: Socrates tidak menyetujui relatifisme kaum sofis.

Menurut pendapat Socrates ada kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada saya atau pada kita. Ini memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran yang objektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah atau tidak salah, misalnya Ia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang dan sebagainya. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang salah-tidak salah, adil-tidak adil, berani dan pengecut dan lain-lain. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut ia menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitulah seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia (kebingungan). Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna.

Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika, dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai peranan penting di dalamnya.

Di dalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan mengenai metode Socrates ini. Ada dua penemuan, katanya, yang menyangkut Socrates, kedua-duanya berkenaan dengan dasar pengetahuan. Yang pertama ialah ia menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan definisi.

Dalam logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi tatkala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkan pengetahuan yang umum. Itu dilakukan oleh Socrates. Ia bertolak dari contoh-contoh kongkret, dan dari situ ia menyimpulkan pengertian yang umum. Misalnya Socrates ingin mengetahui apa yang dimaksud orang dengan arete (keutamaan). Nah, ada banyak orang yang mempunyai keahlian tertentu yang dianggap mereka masing-masing mempunyai arete. Karena itulah Socrates bertanya kepada tukang besi, apa keutamaannya bagi mereka; kepada negarawan, filosof, pedagang dan sebagainya, apa pengertian arete bagi mereka. Ciri-ciri keutamaaan bagi mereka masing-masing tentulah tidak sama, tetapi ada ciri-ciri yang sama; artinya ada ciri keutamaan nya ada ciri keutamaan yang disepakati oleh masing-masing dari mereka.
B. PLATO

1. Riwayat Hidup Plato

Plato lahir di Athena tahun 427 SM dan hidup sezaman dengan Socrates. Ia adalah salah seorang murid dan teman Socrates. Dalam beberapa pemikirannya ia memperkuat pendapat gurunya dalam mengahadapi kaum sofisme. Sebagaimana Socrates, ia menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun kebenaran umum (definisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates. Pengertian umum (definisi) menurut Plato sudah tersedia di sana di alam idea.

Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan warna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia idea).

Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat. Tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan, di bawahnya idea jiwa dunia, yang menggerkkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan dan politik.

Dengan demikian jelaslah bahwa kebenaran umum itu memang sudah ada, bukan dibuat melainkan sudah ada di dalam idea. Manusia dulu berada di dunia idea bersama-sama dengan idea-idea lainnya dan mengenalinya. Manusia di dunia nyata ini jiwanya terkurung oleh tubuh sehingga kurang ingat lagi hal-hal yang dulu pernah dikenalinya di dunia idea. Dengan kepekaan inderanya terkadang hal-hal yang empiric menjadikan ia teringat kembali apa yang pernah dikenalinya dulu di dunia idea. Dengan kata lain pengertian manusia yang membentuk pengetahuan tidak lain adalah dari ingatan apa yang pernah dikenalinya atau mengerti karena ingat.

Sebagai konsep dari pandangannya tentang dunia idea, dalam masalah etika ia berpendapat bahwa orang yang berpengetahuan dengan pengertian yang bermacam-macam sampai pengertian tentang ideanya, dengan sendirinya akan berbuat baik. Budi adalah tahu. Siapa yang tahu akan yang baik, cinta kepada idea, menuju kepada yang baik. Siapa yang hidup di dunia idea tidak akan berbuat jahat.

Hal yang penting juga untuk diketahui dari Filsafat Plato adalah pemikiran dia tentang negara. Menurutnya bahwa dalam tiap-tiap negara segala golongan dan segala orang-orang adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semuanya itulah yang akan menjadi tujuan yang sebenarnya. Dan itu pulalah yang menentukan nilai pembagian pekerjaan. Dalam negara yang ideal itu golongan pengusaha menghasilkan, tetapi tidak memerintah. Golongan penjaga memperlindungi, tetapi tidak memerintah. Golongan cerdik pandai diberi makan dan dilindungi, dan mereka memerintah.

Ketiga macam budi yang dimiliki oleh masing-masing golongan, yaitu bijaksana, berani dan menguasai diri dapat menyelenggarakan dengan kerjasama budi keempat bagi masyarakat, yaitu keadilan.

Oleh karena negara ideal bergantung kepada budipenduduknya, pendidikan menjadi urusan yang terpenting bagi negara. Menurut Plato, pendidikan anak-anak dari umur 10 tahun ke atas menjadi urusan negara, supaya mereka terlepas dari pengaruh orang tuanya. Dasar yang terutama bagi pendidikan anak-anak ialah gymnastic (senam) dan musik. Tetapi gymnastic didahulukan. Gymnastic menyehatkan badan dan pikiran. Pendidikan harus menghasilkan manusia yang berani, yang diperlukan bagi calon penjaga. Di samping itu diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung seberapa perlunya. Dari umur 14 tahun sampai 16 tahun kepada anak-anak diajarkan musik dan puisi serta mengarang bersajak. Musik menanam dalam jiwa manusia perasaan yang halus, budi yang halus. Karena musik jiwa kenal akan harmoni dan irama. Kedua-duanya adalah landasan yang baik untuk menghidupkan rasa keadilan. Tetapi dalam pendidikan musik harus dijauhkan dari lagu-lagu yang melemahkan jiwa serta yang mudah menimbulkan nafsu buruk. Begitu juga tentang puisi. Puisi yang merusak moral disingkirkan. Pendidikan musik dan gymnastic harus sama dan seimbang.

Dari umur 16 sampai 18 tahun anak-anak yang menjelang dewasa diberi pelajaran matematik untuk mendidik jalan pikirannya. Di samping itu diajarkan pula kepada mereka dasar-dasar agama dan adab sopan, supaya di kalangan mereka merasa tertanam rasa persatuan. Plato mengatakan bahwa suatu bangsa tidak akan kuat, kalau ia tidak percaya pada Tuhan. Seni yang memurnikan jiwa dan perasaan tertuju kepada Yang Baik dan Yang Indah, diutamakan mengajarkannya. Pendidikana ini tidak saja menyempurnakan pandangan agama, tetapi juga mendidik dalam jiwa pemuda kesediaan berkurban dan keberanian menentang maut. Dari umur 18 sampai 20 tahun, pemuda mendapat didikan militer.

Pada umur 20 tahun diadakan seleksi pertama. Murid-murid yang maju dalam ujian itu mendapat didikan ilmiah yang mendalam dalam bentuk yang lebih teratur. Pendidikan otak, jiwa dan badan sama beratnya. Setelah menerima pendidikan ini 10 tahun lamanya datanglah seleksi yang kedua, yang syaratnya lebih berat dan caranya lebih teliti dari seleksi pertama.

Menurutnya penduduk negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu golongan teratas, tengah dan terbawah. Golongan yang teratas adalah golongan yang memerintah, terdiri dari beberapa filosof. Mereka bertujuan membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya dan mereka memegang kekuatan tertinggi. Golongan ini harus memiliki budi kebijaksanaan. Sebelum para filosof menjadi pengusaha, negeri-negeri sulit untuk menghindar dari kejahatan-kejahatan. Golongan menengah adalah para pengawal dan abdi negara. Tugas mereka adalah mempertahankan negara dari serangan musuh dan menegakkan berlakunya undang-undang supaya dipatuhi semua rakyat. Dan golongan ketiga adalah golongan terbawah atau rakyat pada umumnya. Mereka adalah kelompok yang produktif dan harus pandai membawa diri.
C. ARISTOTELES

1. Riwayat Hidup Aristoteles

Aristoteles lahir di Stageira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia Tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Di kemudian hari Aristoteles menulis suatu karangan bagi Alexander yang disebut Perihal monarki dan suatu karangan lain Tentang pendirian perantauan. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Kemudian ia meletakan pimpinan Lykeion ke dalam tangan muridnya, Theophrastos. Setelah tahun berikutnyavia jatuh sakit dan meninggal di tempat pembuangan pada usia 62 atau 63 tahun. Dan sampai sekarang kita masih memiliki teks wasiat Aristoteles yang disimpan oleh Diogenes Laertios.[3]

2. Karya-karya

Menurut catatan sejarah, Plato dan Aristoteles adalah guru dan murid yang merupakan dua tokoh besar dalam sejarah, yang telah berhasil membentuk dan meletakkan dasar yang paling kokoh bagi pembangunan kebudayaan dan peradaban Barat modern. Di sisi lain, meskipun di sana sini terdapat perbedaan—bahkan pertentangan—antara kedua tokoh guru dan murid itu, tetapi keduanya pantas dinobatkan menjadi pahlawan dunia dalam bidang ilmu pengetahuan yang melepaskan dan membebaskan manusia dari belenggu ketaktahuan agara manusia tahu bahwa dia tahu jika mau tahu. Justin D. Kaptain menulis tentang hal itu sebagai berikut: (Bagi banyak orang, Plato menunjukkan seorang yang antusias, dengan imajinasi yang begitu membumbung tinggi, sementara Aristoteles melambangkan penelitian, menjemukan, dan terikat pada bumi. Plato tampak bersembangat dan sanggup membangkitkan semanat, sedangkan Aristoteles tampak terikat pada suatu sistem yang tidak luwes dan logika yang ruwet dan kaku. Yang satu adalah seorang pembaharu, nabi, dan artis, yang lain adalah seorang penyusun, pengamat, danorganisator. Plato tampak melukiskan kemuliaan tertinggi dari pikiran dan aspirasi; sementara Aristoteles kelihatan puas menerima dan bekerja dalam batasan-batasan hari-ke-hari dari perilaku manusia …). [4]

Salah satu karya Aristoteles yang paling menonjol adalah penelitian ilmiah. Ia melakukan penelitian bidang zoologi, biologi, dan botani ketika ia mernatau ke sekitar pantai Asia Kecil dengan menggunakan segala fasilitas yang disediakan oleh Hermeias bersama dengan Theophrastus. Selain itu, Aristoteles juga melakukan penelitian khusus terhadap konstitusi dan sistem politik dari 158 negara kota (polis) di Yunani.Analisanya terhadap penelitiannya itu merupakan karya besar di bidang politik dan telah meletakkan dasar yang teguh bagi ilmu politik yang disebut Perbanding Pemerintahan dan Politik.

Para cendekiawan di zaman purba mengatakan bahwa karya tulis Aristoteles lebih dari 400 buku. Namun, sebagian besar telah musnah. Dari sekitar 50 buku yang masih ada, hanya sekitar separuhnya yang benar-benar merupakan hasil karya Aristoteles sendiri. Karya Plato begitu indah dan menarik, sementra karya Aristoteles kurang begitu indah dan kurang menarik. Will Ross Durant membagi karya Aristoteles ke dalam tiga bidang utama yaitu: Karya tulis yang bersifat populer,Karya tulis yang berupa kumpulan data ilmiah, dan Bahan kuliah.[5]

Selain itu, ada yang membagi karya tulis Aristoteles menjadi lima kelompok[6] yaitu :

1). Kelompok Organon yang terdiri atas : Categoriae(kategori), De Interpretatione ( tentang Penafsira), Analytica Priora (Analitika yang pertama), Analytica Posteriora(Analitika yang terakhir), Topica (Topik) dan De Sophisticis Elenchis (Cara berdebat kaum sufi).

2). Kelompok kedua terdiri atas : Physica (Fisika) terdiri atas delapan buku, Methapysica (Metafisika) terdiri atas 14 buku, De Caelo (Dunia atas / langit) terdiri atas empat buku, De Generatione er Corruptione (Penjadian dan Pembiasaan) terdiri atas dua buku,Meteorologica (Meteorologi) terdiri atas empat buku.

3). Kelompok Biologi dan Psikologi, terdiri atas : De Partibus Animalium (Bagian Binatang), De Motu Animalium (Tentang Gerak Binatang), De Generatione Animalium (Tentang Kejadian Binatang), De Anima (Tentang jiwa) dan Parva Naturalia ( Sedikit tentang tata hidup kodrati), yang merupakan kumpulan dari beberapa monografi tentang biopsikologi.

4). Kelmpok empat terdiri atas : Ethica Nicomachea, terdiri atas sepuluh buku, Ethica Eudemia, terdiri atas tujuh buku dan Politica (Politik) terdiri atasdelapan buku.

5). Kelompok lima terdiri atas : Rhetorica (retorika) dan Poetica (poetika).

3. Filsafat Logika

Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya

adalah penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles

dipandang selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Hal ini

sebetulnya berkat sifat logis dari cara berfikir Aristoteles yang

memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak bidang ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-

jenisnya yang kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu

pengetahuan. Aristoteles tak pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa

mistik ataupun ekstrim. Aristoteles senantiasa bersiteguh

mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Sudah barang tentu, manusia

namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh menakjubkan

sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi

yang begitu luas.

Dasar ajaran Aristoteles tentang logika berdasrkan atas ajaran tentang jalan pikiran (ratio-cinium) dan bukti. Jalan pikiran itu baginya berupa syllogismus (silogisme), yaitu putusan dua yang tersusun sedmikian rupa sehingga melahirkan putusan yang ketiga. Untuk dapat menggunakan syllogismus dengan benar, seseorang harus tahu benar sifat putusan itu.[7]

Silogisme Aristoteles, sebuah perjalanan logika deduktif yang amat panjang sejak 2500 tahun yang silam, sejak Aristoteles dilahirkan di Stagira 384 SM. Namun, logika ini akan tetap aktual dalam perjalanan manusia mencari makna diri di alam semesta ini, bahkan sesungguhnya silogisme Aristoteleslah yang mendasari prinsip-prinsip Antropik Kosmos (Cosmic Anthropic Principles). Konsep silogisme Aristoteles adalah konsep dasar tatkala kesadaran manusia harus menapak awal melihat fenomena alam semesta dan mulai menganalisa keajaiban kehidupan bumi, kemudian manusia menyadari bahwa dirinya sendiri akan menjadi tiada seperti spesies makhluk hidup lainnya, mortal.[8]

Oleh karena itu, logika dapat dimengerti sebagai kerangka atau peralatan teknis yang diperlukan manusia agar penalarannya berjalan dengan tepat. Dasar logika Aristoteles adalah uraian keputusan yang kita temukan dalam bahasa (“the analysis of judgement as found and expressed in human language”).[9] Dalam bahasa moderen, logika Aristoteles dapat dikatakan menggabungkan unsur empiris-induktif dan rasional-deduktif.

4. Filsafat Pengetahuan
Filsafat tentang logika diatas menjadi dasar filsafat pengetahuan. Selain berjasa dalam membangun logika, Aristoteles juga berjasa dalam usahanya untuk menggambarkan tahbapan-tahapan kemajuan pengetahuan manusia. Menurutnya, pengetahuan dimulai dengan tahapan inderawi yang selalu partikular. Tahapan pengetahuan selanjutnya adalah abstraksi menuju pengetahuan akal budi yang bercirikan universal.

Dalam hal ini, filsafat pengetahuan Aristoteles merupakan kebalikan dari filsafat pengetahuan Plato. Dasar filsafat pegetahuan Aristoteles bukanlah intuisi, tetapi abstraksi. Oleh karena itu, benar bila dikatakan bahwa Aristoteles tidak selalu sepaham dengan gurunya sendiri, Plato, bahkan mungkin bertentangan.

5. Filsafat Metafisika

Menurut Aristoteles, Nous atau akal budi merupakan bagian yang paling mulia dalam diri manusia. Oleh karena itu, dalam ajaran Aristoteles, unsur-unsur filsafat ke-Tuhanan bertitik pangkal dariuraian kemampuan akal budi manusia itu. Dalam hal ini Aristoteles mencari dasar uraiannya dalam pengamatan inderawi di dunia yang berubah-ubah. Dia mengamati gerak, dan sampai kepada kesimpulan bahwa ada penggerak. Ia kemudian juga menyimpulkan bahwa ada “yang menggerakkan tanpa digerakkan sendiri”.

Jalan pikiran Aristoteles itu diterapkan oleh Thomas Aquinas dalam “panca marga” (quinque viae) guna menyatakan adanya Tuhan berdasarkan pengalaman dan penalaran filosofis.

6. Pengaruh Pemikirannya

Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari

sungguh mendalam. Di zaman dulu dan zaman pertengahan, hasil karyanya

diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis,

Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul

kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya

dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah

pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-

abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu

Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba

merumuskan suatu perpaduan antara Teologi Islam dengan

rasionalisme Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka

Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi,

hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa

Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar

ini masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad tengah yang

terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles.

Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir

abad tengah tatkala keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala.

Dalam keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam

bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih lanjut

daripada semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar

meneliti dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi kurang sepakat

dengan sanjungan membabi buta dari generasi berikutnya terhadap

tulisan-tulisannya.

Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata

sekarang. Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya

sejalan dengan garis hukum alam. Dia percaya kerendahan martabat

wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini–tentu saja-–mencerminkan

pandangan yang berlaku pada zaman itu. Tetapi, tak kurang pula

banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya,

misalnya kalimatnya, “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dan

kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam

seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium

tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu

belum ada sekolah seperti yang kita kenal sekarang).

Di abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah

merosot bukan alang kepalang. Namun, ada yang berpikir bahwa pengaruhnya sudah begitu menyerap dan berlangsung begitu lama sehingga saya menyesal tidak bisa menempatkannya lebih tinggi dari tingkat urutan seperti sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini terutama akibat amat pentingnya ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam urutan.

BAB III

KESIMPULAN
Dari uraian pada paragraf-paragraf diatas, dapat disimpulkan bahwa Aristoteles mempunyai dasar-dasar ajaran tentang filsafat yang kemudian banyak berkembang di Barat. Meskipun demikian, ada juga cendekiawan muslim yang terpengaruh oleh pemikiran filsafatnya.

Dalam filsafatnya, Aristoteles bertitik tolak dari apa yang dia amati dalam hidup manusia dan hidup masyarakat. Dari praksis nyata dan data-data, dia kemudian menyimpulkan menjadi suatu theoriayang meliputi segala data pengamatan itu.

Karya Aristoteles yang cukup banyak mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan. Selain mengajarkan tentang filsafat logika, filsafat pengetahuan, dan filsafat metafisika, Aristoteles juga mengajarkan filsafat etika, filsafat negara, filsafat manusia dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa Aristoteles merupakan tokoh yang luas ilmu pengetahuannya dan merupakan ilmuwan yang pantas mendapatkan acungan jempol.
[1] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Jakarta: Yogyakarta, 1999), Cet.Ke-22, h.81

[2] Hopilites adalah prajurit Yunani yang termasuk pasukan yang dapat dibandingkan dengan infanteri (pasukan jalan). Mereka sendiri harus membiayai senjata-senjata yang mereka pakai. Oleh karenanya, mereka harus mempunyai barang milik yang lumyan. Tetapi mereka tidak terhitung dalam golongan kaya. Orang Yunani yang bangsawan selalu masuk pasukan yang dapat dibandingkan dengan kavaleri (pasukan berkuda), karena mereka mampu membiayai seekor kuda.

[3] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Jakarta: Yogyakarta, 1999), Cet.Ke-22, h. 155-156

[4] Justin D. Kaptain, ed., The Pocket Aristotle, (New York : Pocket Books, 1958), hal. xv. Lihat pula J.H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1993), hal. 7-8

[5] Will Ross Durant, The Story of Philosphy, (New York : Pocket Books, 1953), hal. 35

[6] Renford Bambrough, Ed. The Philosophy of Aristotle, (New York : New American Library, 1963), hal. 22.

[7] Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hal. 36-37

[8] Sumber: http://www.geocities.com/memorigin/Aristoteles.htm

[9] Mudji Sutrisno dan Budi Hardiman, Ed., Para Filsuf Penentu Gerak Zaman, (Yogyakarta : Kanisius, 1992), hal. 20-21.

Dipublikasi di Sejarah & Tokoh | Tag | Meninggalkan komentar

Friedrich Wilhelm Nietzsche

 Epistemologi Friedrich Wilhelm Nietzsche

A. Pendahuluan
Ada satu pertanyaan yang begitu penting untuk diajukan, yaitu : Apakah Nietzsche mempunyai konsep epistemologi. Ini pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita pada umumnya, atau bahkan bagi mereka yang berkutat di dunia filsafat. Memang, Nietzsche menjadi terkenal bukan karena pandangan epistemologinya. Ia lebih di kenal karena pemikirannya dalam bidang filsafat moral atau etika. Pemikiran epistemologinya tidak begitu diminati oleh para epistemolog. Tetapi disinilah Nietzsche mengajukan pandangan kontroversialnya. Pandangan epistemologinya diawali dengan suatu asumsi dasar bahwa kita harus menggunakan skeptisme radikal terhadap kemampuan akal. Tidak ada yang dapat dipercaya dari akal. Terlalu naïf jika akal dipercaya mampu memperoleh kebenaran. Jika orang beranggapan dengan akal diperoleh pengetahuan atau kebenaran, maka akal sekaligus merupakan sumber kekeliruan.
Epistemologi Nietzsche di tengah zaman modern yang ditandai dengan dominasi akal ini tampak aneh dan sulit untuk diterima. Pendobrakan dogmatism (kemapanan) akal dengan konsep The Will to Power (kehendak untuk berkuasa), membuat Nietzsche seperti dalang yang keluar dari pakem. Perbedaan itu sangat tampak sekali dan bahkan berkontradiksi 180 derajat antara filsafat Nietzsche dengan pemikir-pemikir besar yang menjadi kekuatan mainstream saat itu, baik dalam penggunaan bahasa epistemologi maupun materi yang disajikan. Terlepas dari semua itu, epistemologi Nietzsche layak untuk dikaji dan diperbincangkan. Pemikirannya yang tidak bisa diterima oleh zamannya mulai menunjukkan pengaruh dan kekuatannya pada masa sekarang ini. Hal ini dapat dirasakan pada epistemologi Karl Popper dengan falsifikasinya dan juga pada pemikiran kaum eksistensialis. Nuansa Nietzschean dalam epistemologi postmodernisme (pluralism, dekonstruksi, relativitas) sangat terasa sekali.
B. Profil Nietzsche
Friedrich Wilhelm Nietzsche (lahir di Röcken dekat Lützen, 15 Oktober 1844 – meninggal di Weimar, 25 Agustus 1900 pada umur 55 tahun) adalah seorang filsuf Jerman dan seorang ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno. Ia merupakan salah seorang tokoh pertama dari eksistensialisme modern yang ateis. Nietzsche dilahirkan di Kota Rocken di wilayah Sachsen. Orang tuanya adalah pendeta Luther Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) dan istrinya Franziska, dengan nama lajang Oehler (1826-1897). Ia diberi nama untuk menghormati Kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang sama. Adik perempuannya Elisabeth dilahirkan pada 1846. Setelah kematian ayahnya pada 1849 dan adiknya Ludwig Joseph (1848-1859), keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale.

Filsafat Nietzsche adalah filsafat yang memandang kebenaran atau dikenal dengan filsafat perspektivisme. Ia mengkritik kebudayaan Barat pada zamannya (Umwertung aller Werten) yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigm kehidupan setelah kematian). Nietzsche juga dikenal sebagai filsuf seniman dan banyak mengilhami pelukis modern Eropa di awal abad ke-20, seperti Franz Marc, Francis Bacon dan Giorgio de Chirico, juga para penulis seperti Robert Musil dan Thomas Mann. Menurut Nietzsche kegiatan seni adalah kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan untuk mentransformasikan tragedi hidup.

Filsafat Nietzsche tidak bisa dipisahkan dari kehidupannya. Filsafatnya adalah pandangan hidupnya. Ada nilai lebih membaca karya Nietzsche yang tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan tentang filsafat, namun lebih jauh dari itu, yakni pengetahuan tentang hidup. Ia mempunyai arti penting dalam sejarah filsafat. Nilai historis Nietzsche sangat besar. Pemikirannya yang meloncat dan meramalkan masa depan sangatlah mengagumkan. Ia adalah seorang filsuf bagi para filsuf, tetapi ia lebih besar dari para filsuf lainnya, karena ia juga menjadi filsuf bagi orang kebanyakan (Hollingdale, 1968:10-11). Filsafat Nietzsche seperti samudra yang menampung air dari berbagai aliran sungai. Ada warna realism, empirisme, skeptime, radikalisme, positivism, vitalisme dan pragmatism. Dari berbagai warna aliran tersebut di tangan Nietzsche melebur menjadi filsafat nihilism, dimana warna berbagai aliran tersebut sulit untuk dilihat wujudnya secara terpisah.
C. Karakteristik Epistemologi Nietzsche
Mempelajari epistemology Nietzsche tanpa menelaah keseluruhan filsafatnya seperti mengambil mozaik terpisah dari keseluruhannya, sehingga akan tampak aneh dan tidak bermakna. Ia tidak membahas epistemologi sebagai cabang filsafat tersendiri sebagaimana filsuf-filsuf lainnya. Epistemologi merupakan sebagian kecil dari konsep The Will to Power. Pada tulisan ini akan membahas masalah pokok yang mendasari corak epistemologi Nietzsche.
Landasan Ontologi

Ontologi merupakan sebuah konsep dasar yang menopang suatu sistem filsafat. Dalam bidang ontologi Nietzsche menolak terminologi Immanuel Kant yang melihat kenyataan dalam dua dikotomi Nomena dan Fenomena. Fenomena hanyalah sekedar gejala yang tampak di depan subjek. Ia bukanlah kenyataan. Kenyataan yang sebenarnya ada dibalik fenomena. Kenyataan sejati merupakan Das Ding An Sich (hal itu sendiri) ada di balik bendanya. Nomenalah yang hakiki.
Dalam terminologi Nietzsche, dikotomi semacam ini tidak berlaku, baginya, kenyataan itu adalah apa yang nyata yang dapat ditangkap subjek. Objek atau benda itulah kenyataannya. Inilah kenyataan sejati yang tidak dapat disangkal adanya. Tidak ada sesuatu di balik bendanya. Das Ding An Sich hanyalah lelucon sebagai suatu ajaran yang masih dikuasai oleh dogma. Sebagaimana dipercaya akal manusia tidak akan mampu mengetahui nomena. Sesuatu yang tidak dapat ditangkap, diketahui dan hanya bisa diandaikan adanya yang tidak layak untuk dipercaya. Kenyataan adalah apa yang ada di dunia ini, yang nyata, faktual, yang dapat ditangkap subjek. Ajaran Das Ding An Sich ini menempatkan dan membuat hidup manusia menjadi kurang bermakna. Dunia yang adanya nun jauh disana (yang hanya diandaikan bukan fakta) lebih dihargai.
Konsep ontologi Nietzsche ini mempunyai implikasi dalam ajaran tentang manusia. Manusia untuk menjadi manusia menghadirkan diri lewat budaya. Pandangan tentang manusia dapat dikatakan cenderung ke monisme, dimana hakikat manusia itu adalah tubuhnya. Yang dipandang manusia itu adalah yang bereksistensi, sedangkan eksistensi itu terjadi jika ada tubuh. Hal ini sangat jelas diungkapkan Zarathustra :
Aku adalah tubuh dan “jiwa” demikian dikatakan sang anak. Apa salahnya berbicara seperti seorang anak?
Tapi mereka telah bangun, dan mereka yang tahu berkata : “aku adalah tubuh seluruhnya. Tidak ada yang lain, jiwa adalah sesuatu dari tubuh” (Nietzsche, 1969: 146)
Tubuh adalah sebuah akal besar, kemajemukan yang bermakna satu, perang dan damai, kawanan domba sekaligus gembalanya.
“Akal kecilmu adalah alat dari tubuhmu itu, saudaraku, yang kau sebut “ruh” itu adalah alat dari tubuh. Sebuah alat dan mainan kecil dari akal besar”.
Dari pandangan yang berat sebelah dengan dominasi tubuh atas jiwa semacam ini, tidak mengherankan jika ia memberi perhatian dan penghargaan pada ilmu biologi.
The Will to Power sebagai Titik Pusat Ajarannya

Karya Der Wille zur Macht (The will to power) merupakan magnum opus Nieetzsche. Inti semua ajarannya terdapat disini. Segala konsep dan masalah yang diperbncangkan selalu bermuara pada kehendak untuk berkuasa. Sebagai mana diungkapkan oleh Walter Kaufmann :
Konsepsi kehendak untuk berkuasa adalah titik pusat dari filsafat Nietzsche. Dalam buku Aporishma-nya, ia menemukan kehendak untuk berkuasa, berkarya dalam segala tingkah laku dan penilaian manusia. Dalam Zarathustra, ia mengungkapkan bahwa kehendak untuk berkuasa merupakan motif dasar dan mengatakan bahwa kehendak itu terdapat pada semua makhluk hidup. (Dalam karyanya kemudian ia menganggapnya telah menembus sampai pada kehendak tak hidup) (Kaufmann, 1967: 510)
Pengetahuan sebagai salah satu dari sekian banyak kegiatan manusia tentu saja tidak dapat dilepaskan dari konsep ini. Nietzsche melihat pengetahuan itu dalam kerangka yang lebih luas dan menyeluruh dalam rangka memahami manusia secara utuh. Ia memasukkan unsur yang tidak dibahas dengan pemikiran epistemologi sebelumnya, yaitu unsur motif kegiatan mengetahui. Menghubungkan kehendak untuk berkuasa dengan pengetahuan merupakan hal yang aneh apabila dibahas dalam kerangka pengetahuan (epistemologi) manusia secara sempit.
Konsepnya akan tampak jelas jika dipahami dalam kerangka kegiatan (pengetahuan) manusia yang lebih luas. Justru ia melangkah lebih jauh dari para pendahulunya, dimana ia sudah menginjakkan kaki pada wilayah yang sekarang ini disebut sebagai Filsafat Ilmuyang pada masa itu belum mendapatkan perhatian. Inilah yang merupakan ciri dari pemikiran Nietzsche, dimana pemikirannya selalu mendahului satu atau dua tingkat pada sesudahnya. Epistemologinya jelas sekali merupakan kritik terhadap epistemologi tradisional, epistemologi sempit.
Vitalisme dan Nihilisme

Siapapun tidak menyangkal bahwa Nietzsche adalah seorang vitalis. Namun, vitalismenya berbeda dengan vitalisme Henry Bergson dimana elan vital dipahami sebagai daya hidup, unsur yang merupakan inti hidup. Vitalisme pada Nietzsche lebih bersifat aktif. Vitalisme dalam pengertian ini mengandung makna semangat hidup. Hidup itu sangat berharga. Kecintaan yang luar biasa terhadap hidup bukan berarti takut untuk mati. Hidup harus dihadapi dengan penuh keberanian, tidak boleh menyerah. Manusia harus berani berkata ya untuk setiap tantangan dan bahaya. Dari tantangan dan bahaya inilah manusia akan menjadi besar.
Manusia itu agung asal mau menjulangkan semangat hidup dan gairahnya setinggi-tingginya. Untuk itu, manusia harus bebas dari kekuatiran akan dosa dan bebas dari nilai-nilai tradisional yang membelenggu potensi kemanusiaannya. Cinta kehidupan berarti harus sanggup menangggung kenyataan bahwa manusia bukanlah sesuatu yang sudah selesai, ia selalu dalam proses menjadi. Manusia adalah jembatan antara binatang dan manusia agung. Ke manapun ia menoleh, ia akan menatap ancaman dan bahaya (Fuad Hasan, 1989: 62).
Aktivitas pemikiran harus diletakkan pada landasan keberanian, yang berasal dari keinginan untuk terus maju dan menantang penghalang. Manusia bebas itu harus terus berkreasi, mencipta.Dalamberkreasi ini harus menelorkan hal-hal yang benar-benar baru, orisinal, walalupun harus bertentangan dengan pemikiran pada masa itu. Di sinilah Nietzsche sampai pada Nihilisme. Nihilisme merupakan syarat untuk menjamin orisinalitas dalam berkreasi sehungga kreasi itu benar-benar bermakna. Orang harus berani menolak nilai-nilai dan pemikiran yang ada sebelumnya. Teori-teori, hukum-hukum, pengetahuan yang diciptakan harus benar-benar dilepaskan dari konsep sebelumnya. Teori-teori yang muncuil tidak akan bermakna jika hanya mengukuhkan atau mengukur teori yang sudah ada. Bahkan, teori yang sudah besar dan mapan pun harus dilepaskan.
Kritik dan penolakan terhadapa epistemologi tradisional yang berusaha memperoleh kebenaran bukan semata-mata karena semangat nihilismenya. Selama teori yang ada sebelumnya selalu dianggap benar, maka tidak akan muncul pengetahuan yang baru. Dengan sendirinya tidak akan ada kemajuan. Di sinilah Nietzsche mengajarkan suatu keterbukaan ilmu yang pada abad ke-20 ini diteruskan oleh Karl R. Popper.
D. Epistemologi Martil Nietzsche

Perang Melawan Kemapanan Akal

Akal dalam bahasa diibaratkan sekedar sebagai seorang tua yang dungu.
Saya kuatir tidak bisa melepaskan diri dari Tuhan hanya karena tata bahasa (Nietzsche, 1968:35).
……Tetapi telah lama saya menyatakan perang terhadap optimisme kemampuan akan (Nietzsche, 1968:535).
Roh, sesuatu yang berpikir, yang mungkin walaupun absolut. Roh murni konsepsi ini merupakan turunan kedua dari introspeksi palsu yang mempercayai tindakan berpikir: Pertama sebuah tindakan yang tidak terjadi dibayangkan “berpikir” dan Kedua subjek substratum di mana setiap tindakan berpikir dan bukan tindakan lain memiliki asal-usulnya baik perbuatan maupun pelaku yang merupakan fiksi (Nietzsche, 1968: 477).
Problem Kebenaran

Kebenaran adalah semacam kesalahan , dimana tanpa kebenaran spesies makhluk hidup tentu tidak dapat hidup (Nietzsche, 1968: 493).
“Konsep Kebenaran” adalah sesuatu yang tidak bermakna. Seluruh wilayah ‘benar salahnya’ hanya digunakan untuk hubungan-hubungan, bukan ‘pada dirinya sendiri’. Tidak ada ‘esensi pada dirinya’ (yang membentuk esensi hanyalah hubungan-hubungan), demikian juga tidak ada pengetahuan pada dirinya sendiri.
Aporishma 533 :
Kebenaran dari sudut pandang perasaan adalah sesuatu yang secara kuat menggugah perasaan (ego).
Dari sudut pandang pikiran , kebenaran adalah sesuatu yang memberikan perasaan paling agung akan kekuatan.
Dari sudut sentuhan, penglihatan dan pendengaran kebenaran adalah sesuatu yang mengandung resistensi paling besar (Nietzsche, 1968: 533)
Kebenaran menurut cara berpikir saya tidak haru mengacu pada antitesis kekeliruan, tetapi dalam hal-hal yang paling mendasar hanyalah merupakan hubungan antara berbagai macam kekeliruan. Mungkin kekeliruan yang satu dianggap lebih tua, lebih mendalam dari yang lain, bahkan tidak dapat diganggu gugat lagi seperti halnya suatu entitas dari spesies kita, yang tidak dapat hidup tanpanya. Sementara itu kekeliruan lain tidak memaksa kita untuk menjadikannya sebagai syarat hidup, tetapi jika dibandingkan dengan tiran-tiran seperti ini pasti akan tersisih dan ditolak (Nietzsche, 1968: 535).
Keputuasan Benar-Salah

Baiklah! Tetapi jika aku belum “mengetahui” apakah ada pengetahuan atau mungkinkah ada pengetahuan, aku tidak dapat mengajukan pertanyaan secara beralasan “apa itu pengetahuan?”. Sebagaimana diyakini Kant dalam fakta pengetahuan: apa yang diinginkan Kant adalah suatu kenaifan: pengetahuan tentang pengetahuan! (Nietzsche, 1968: 530).
Bukan persoalan seberapa kuat benda diyakini. Kekuatan keyakinan bukan pada kriteria kebenaran. Tetapi apa itu kebenaran? Mungkin sebentuk keyakinan yang telah menjadi kondisi hidup? Dalam kasus tersebut, untuk meyakinkan, kekuatan bisa menjadi kriteria, seperti halnya kasualitas (Aporishma 531, Nietzsche, 1968; 494-530).
Webster New International Dictionary, epistemologi diberi definisi sebagai berikut: Epistimology is the theory or science the method and grounds of knowledge, especially with reference to its limits and validity, yang artinya Epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu

Santoso , L.,2012, Epistemologi Kiri, AR-Ruzz Media, Jakarta. Hlm 51-53

Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 172-179

Ibid

https://id.wikipedia.org/wiki/Friedrich_Nietzsche

by : Sri Rahayu Wilujeng, 2012, Epistemologi Kiri, AR-Ruzz Media, Jakarta. Hlm 51-59
Daftar Pustaka :
Alfons Taryadi, 1989, Epistemologi Pemecahan Masalah Menurut Karl to Nietzsche, Cambridge University Press, Cambridge.

Nietzsche, Friedrich, 1968, Twilight of Idols and The Anti-Christ, translated by R.J. Hollingdale, Pinguin Books, Middlesex.

_______________, 1968, The Will to Power, translated by Walter Kaufmann and R.J. Hollingdale, Vintae Books, New York.

_______________, 1969, Portable Nietzsche, Selected by Walter Kaufmann, Viking Press, New York.

_______________, 2000, Thus Spoke Zarathustra, terjemahan Sudarmaji dan Ahmad Santoso, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sunardi, ST., 1999, Nietzsche, LkiS, Yogyakarta.

Verhaak, C. Dan Haryono Imam, 1989, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah R. Popper, Gramedia, Jakarta.

Bertens, Kees, 1983, Filsafat Barat Abad XX: Inggris-Jerman, Gramedia, Jakarta.

Cadello, James, P., Nietzsche’s Radical Hermeneutical Epistemology, dalam International Studies of Philosophy XXIII.2, Scholar Press, Atlanta

Fuad Hasan, 1989, Berkenalan dengan Eksistensialisme, Pustaka Jaya, Jakarta.

Hardono Hadi, 1994, Epistemologi Filsafat Pengetahuan Kenneth F. Gallangher, Kanisius, Yogyakarta.

Kaufmaan, Walter, 1967, ‘Nietzsche, Friedrich’ dalam The Encyclopedia of Philosophy, ed. Paul Edward, Vol. V, Collier Macmillan, London.

Magnus, Berd dan Kathleen M. Higgins, 1996, The Cambridge Companison Cara Kerja Ilmu-Ilmu, Gramedia, Jakarta

Dipublikasi di Sejarah & Tokoh | Tag | Meninggalkan komentar

Biografi : Sejarah Musashi Samurai Legendaris

Anda berada dalam Keadaan yang mengharuskan Memilih satu Diantara dua hal yang anda cintai dalam kehidupan yang hanya sekali ini? Pilihan sulit yang akan menentukan jalan hidup anda selanjutnya. Hal ini dialami oleh Musashi seorang seniman pedang samurai legendaris dari Jepang, setidaknya begitu dalam novel “Musashi” yang ditulis oleh Eiji Yoshikawa. Novel berjudul “Musashi” bercerita tentang perjalanan hidup seorang maestro pedang bernama Musashi. Musashi bukanlah tokoh fiktif, Musashi adalah tokoh yang benar-benar pernah hidup di Jepang. Menurut kata pengantar di bukunya, Musashi hidup antara
tahun 1584-1645. Takezo, veteran Perang Sekigahara (1600), menjelma menjadi Musashi setelah mengurung diri (belajar) di sebuah ruangan tua yang penuh dengan buku, selama 3 tahun dibawah ‘bimbingan’ seorang pendeta Zen bernama Takuan. Demi untuk mencapai cita-citanya yaitu kesempurnaan ‘Jalan Pedang’, Musashi mulai berkelana untuk mematangkan diri dan menguji ilmu pedangnya dengan cara menantang perguruan- perguruan samurai yang paling terkenal di Jepang saat itu.

‘Jalan Pedang’ adalah pilihan hidup yang mendedikasikan diri pada kesempurnaan berpedang, penyatuan jiwa dalam pedang yg akhinya bermuara

pada penyatuan diri dengan alam. Dengan tinggi badan sekitar 175 cm (diatas rata2 orang Jepang pada masa itu), Musashi dengan mudah mengalahkan lawan- lawannya. Mengalahkan lawan bagi sosok Musashi adalah sangat mudah, dengan rata-rata hanya sekali tebas semua lawan2nya juntai tak berdaya. Tantangan terberatnya adalah justru mengalahkan dirinya sendiri yang liar, kasar, buas dan sering cepat merasa puas. Dari berbagai pertarungan dengan tokoh2 samurai kelas satu, Musashi semakin mengenal kelemahan dan kerapuhan dirinya. Semakin tahu

kelemahannya, semakin membara semangatnya untuk mencapai kesempurnaan. Musashi berlatih dengan sangat keras, bahkan kadang-kadang orang lain mengira dia sedang menyiksa diriya. Bukan hanya latihan fisik saja, jiwanya pun dilatih untuk menjadi lebih disiplin. Bagi Musashi duel bukan hanya sekedar sabetan sebilah pedang belaka, bagi dia duel merupakan ritual jiwa ksatria yg suci (semangat busido?). Dia berlatih dengan keras karena dia sadar bahwa dia bukanlah seorang genius, dia hanyalah seorang ‘biasa’. Seorang ‘biasa’ dengan cita-cita luar biasa. Di tengah pencarian jati dirinya di ‘Jalan Pedang’, Musashi juga dihadapkan dengan sosok Otsu. Otsu adalah wanita dengan karakter yang sangat mempesona. Otsu begitu mencintai Musashi dengan seluruh hatinya. Hubungan antara Musashi dan Otsu juga menjadi daya tarik tersendiri bagi cerita ini. Hubungan yang rumit, penuh dengan kesedihan tapi bukan hubungan asmara yang cengeng. Mungkin boleh dibilang hubungan percintaan antara Otsu dan Musashi adalah cinta platonik. Aneh memang hubungan asmara mereka. Otsu sadar bahwa kecil kemungkinan bagi dia untuk dapat mengikat hati Musashi yang sudah mengabdikan dirinya pada ‘Jalan Pedang’. Otsu rela menderita demi Musashi, sama seperti halnya Musashi rela menderita demi ‘Jalan Pedang’. Semakin besar niat Musashi untuk mencapai kesempurnaan kehidupan ‘Jalan Pedang’, semakin besar pula cinta Otsu pada Musashi. Cinta Otsu pada Musashi adalah salah satu motivasi terbesar bagi Musashi dalam mencapai kesempurnaan ‘Jalan Pedang’. Bahkan Musashi pernah berkata bahwa dia tidak akan mengecewakan Otsu dalam hal itu. Otsu juga demikian, dia berkata bawha dia tidak akan mencintai Musashi sedalam itu, kalau Musashi tidak mencintai pedangnya sepenuh hati. Pada satu saat ketika Musahi jenuh dalam pencariannya dan sudah mau meninggalkan ‘Jalan Pedang’ dan ingin memilih Otsu, dia (Otsu) sendiri yang malah mendorong Musashi supaya meneruskan pencarian jati dirinya. Paradoks cinta segitiga. Kadang2 saya merasa kasihan pada Otsu, bahkan sempat terlintas di benak saya bahwa Otsu adalah wanita bodoh. Karakter lain yang menonjol dalam cerita ini adalah Sasaki Kojiro. Seorang samurai yang sangat berbakat yang tujuan hidupnya adalah berduel dengan Musashi semata. Sasaki Kojiro lebih muda, lebih tinggi secara fisik dan konon lebih genius (lebih berbakat) dalam berpedang daripada Musashi. Dalam cerita ini digambarkan Sasaki Kojiro berwatak agak licik dan kejam. Meskipun berkarakter seperti itu, tapi kita tidak bisa menarik garis tegas bahwa Sasaki Kojiro adalah tokoh jahat dalam novel ini. Duel antara Musashi dengan Sasaki Kojiro menjadi klimaks novel ini. Kisah duel klasik antara keahlian berpedang karena bakat alam (Sasaki Kojiro) dengan kesempurnaan berpedang akibat tempaan kerja keras (Musashi). Sasaki Kojiro diakui Musashi adalah lawan duel yang paling menakutkan yang pernah ditemuinya. Cerita duel sepadan dua jagoan ini menutup kisah pencarian jiwa Musashi. Eiji Yoshikawa dengan runut dan sabar menggambarkan perkembangan karakter Musashi mulai dari hanya seorang pendekar jalanan yang hanya mengandalkan kekuatan dan kecepatan fisik belaka menjadi seorang seniman pedang dengan jiwa yang halus. Dalam kehidupan sebenarnya, Musashi juga adalah seorang pelukis dan penulis. Dia menulis sebuah buku yg berjudul “Gorin no Sho” (diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan judul “The Books of Five Rings”). Pada Novel ini tidak ada jurus2 sakti seperti yang sering kita temui pada buku2 cerita silat ala Chin Yung atau pun Khu Lung. Tidak ada kitab2 sakti ‘ces-pleng’ yang ditemukan di gua. Mungkin para penggemar cersil akan sedikit kecewa karena tidak adanya unsur2 itu. Mungkin para wanita juga akan terkecoh dengan gambar sampul depannya yang menggambarkan sosok kereng Musashi yang sedang memegang dua bilah pedang. Karena konotasi pedang (pada umumnya) adalah darah dan kekerasan, sesuatu yang (pada umumnya) dihindari oleh wanita. Tidak ada semua itu, yang ada hanyalah cerita menarik tentang pencarian jati diri seorang Musashi yang kebetulan memilih ‘Jalan Pedang’ dalam hidupnya. Cerita tentang pengorbanan, semangat hidup, kehormatan dan

dedikasi. Acungan jempol harus diberikan pada tim penerjemah novel ‘Musashi’. Menurut saya, ini novel terjemahan yang bagus. Saya tidak tahu alasannya kenapa harus ada tim dalam menerjemahkannya (versi indonesia adalah terjemahan dari versi inggrisnya), mungkin karena bukunya terlalu tebal, sehingga tidak ada yg kuat melakukannya sendirian(?) Sekarang Gramedia menerbitkan dalam bentuk hardcover yang sangat tebal, kalau tidak salah sekitar 900+ halaman. Saya baca yang versi 7 buku terpisah. Lebih enak bagi saya dalam membacanya karena bisa dibaca dimana saja dan tidak ada ‘hambatan psikologis’ malas baca karena terlalu tebal

1. Jangan pernah melanggar aturan dan norma tradisi

2. Jangan pernah mengharapkan saat- saat santai

3. Jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi

4. Jangan pernah iri dengan keberuntungan orang lain, atau karena kesialan kita

5. Jangan pernah menyesali perpisahan dengan apapun dan kapanpun

6. Jangan pernah menyalahkan orang lain dan juga diri sendiri

7. Jangan pernah mengeluh tentang orang lain maupun diri sendiri

8. Jangan pernah mendekati cinta

9. Jangan pernah mempunyai kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap sesuatu

10. Jangan pernah mengeluh tentang tempat tinggal, apapun kondisinya.

11. Jangan pernah menginginkan makanan enak untuk diri sendiri

12. Jangan pernah percaya/memiliki barang antik/jimat

13. Jangan pernah menyesali kebaikan kita kepada orang lain

14. Jangan pernah mengimpikan rumah idaman yang nyaman di masa tua

15. Jangan pernah terlalu memikirkan kepentingan pribadi.

16. Jangan pernah meninggalkan jalan Beladiri

17. Lebih baik kehilangan nyawa dari pada kehilangan harga diri dan nama baik.

Judul : Musashi

Pengarang : Hidetsugu “ Eiji” Yoshikawa

Alih bahasa : Tim KOMPAS

Terbitan : Gramedia Pustaka

Utama, Cetakan keempat:

September 2005

Volume : 1248 hlm.; 23 cm.

Dipublikasi di Sejarah & Tokoh | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

Filosofi Jalan Pedang Samurai Miyamoto Mushashi

“Bebaskanlah pikiranmu,
maka niscaya pikiranmu akan menjadi alami.”

Soho Takuan, seorang pendeta Zen dengan kecerdikannya berhasil “menawan” Takezo di sebuah sel gelap di puri milik Ikeda. Di sana selama tiga tahun, Takezo ditahan untuk mendalami bertumpuk-tumpuk dan beragam buku. Mulai dari seni perang dari Sun Tzu, Taoisme, buku-buku mengenai Zen hingga ke berjilid-jilid kitab mengenai sejarah Jepang. Pendeta Takuan, selalu bersikap keras itu menasihati Takezo yang terkenal bandel dan liar itu hingga mau patuh menjalani penggemblengan berat tersebut.
Salah satu nasehatnya adalah;
“Anggaplah kamar ini sebagai rahim ibumu dan bersiaplah untuk lahir kembali. Kalau kau melihatnya hanya dengan matamu, tak akan kau melihat apa-apa kecuali sel yang tak berlampu dan tertutup. Tapi pandanglah lebih saksama, lihatlah dengan akalmu dan berpikirlah. Kamar ini dapat menjadi sumber pencerahan, pancuran pengetahuan yang ditemukan dan diperkaya oleh orang-orang bijak di masa lalu. Terserah padamu, apakah kamar ini menjadi kamar kegelapan ataukah kamar penuh cahaya”.

Setelah melewati masa pembelajaran tiga tahun, Takezo mendapatkan pencerahan dan dibebaskan dan boleh berkelana lagi. Saat itu usianya 21 tahun, Takezo memulai kehidupannya kembali sebagai Miyamoto Musashi.

Miyamoto Musashi (宮本 武蔵?), atau biasa disebut Musashi saja, adalah seorang samurai dan ronin yang sangat terkenal di Jepang pada abad pertengahan. Ia diperkirakan lahir pada sekitar tahun 1584, dan meninggal tahun 1645. Nama aslinya adalah Shinmen Takezo. Kata Musashi merupakan lafal lain dari “Takezo” (huruf kanji bisa memiliki banyak lafal dan arti). Musashi memiliki nama lengkap Shinmen Musashi No Kami Fujiwara No Genshin.
Dilahirkan di sebuah desa yang bernama Miyamoto di tahun 1584, Musashi terlahir sebagai Munasai Takezo. Masa kanak-kanak Takezo tidaklah bahagia. Ia tidak akur dengan ayah kandungnya, Munasai Hirata seorang samurai pemilik tanah. Takezo selalu melontarkan kritik pedas terhadap seni bela diri ayahnya, hingga menyebabkan ketiak akuran diantara ayah dan anak ini. Situasi yang demikian membuat Takezo kabur memilih meninggalkan rumah untuk hidup bersama pamannya yang saat itu usianya belum mencapai 13 tahun.
Tapi di usianya yang 13 tahun tersebut, Takezo sudah mampu menaklukkan seorang pendekar pedang Shito-ryu yang bernama Arima Kihei. Lawannya itu dirobohkan dan dipukulinya dengan tongkat hingga tewas. Kemudian pada usia 16 tahun, Takezo bertarung dengan seorang samurai tangguh dan kembali muncul sebagai pemenang. Mulai saat itu, Takezo memutuskan pergi bertualang mengikuti “Jalan Pedang”.
Pertarungan puncak bagi Musashi adalah saat menghadapi Sasaki Kojiro, saingan terberatnya yang masih muda dan sangat tangguh. Kojiro pada zaman itu sosok pemain pedang yang ideal: garis keturunannya tidak ada aib dan guru-gurunya ternama; dan dengan pelatihan yang penuh disiplin, ia berhasil menciptakan teknik permainan pedang yang mengagumkan. Tapi pada akhirnya kepala Kojiro pecah oleh tebasan pedang Musashi pada pertarungan di Pulau Ganryu, 13 April 1612.
Pertarungan Musashi melawan Sasaki Kojiro merupakan titik balik baginya. Sebelum itu, dia menyakini bahwa kemampuan seni berperang adalah kunci kemenangan dalam setiap pertarungan. Tetapi setelah mengalahkan Kojiro, Musashi menyadari bahwa kekuatan dan ketrampilan bukan satu-satunya yang bisa diandalkan untuk menentukan kemenangan;
“Ketika umurku sudah lewat tiga puluh tahun dan merenungkan kembali hidupku, aku sadar bahwa aku menjadi pemenang bukan karena kemampuan luar biasa dalam seni bela diri. Mungkin saja aku mempunyai bakat alami atau tidak menyimpang dari prinsip alami. Atau, bisa jadikah seni bela diri lawan itu yang memang mengandung suatu cacat? Setelah itu, dengan tekad jauh lebih besar untuk mencapai pemahaman yang lebih jelas mengenai prinsip-prinsip yang dalam, aku berlatih siang malam”.

Lalu, apa yang memungkinkan Musashi mengalahkan Kojiro jika bukan karena penguasan ketrampilan bertarung? Bagi Musashi, kemenangan sebuah pertarungan terletak pada prinsip atau semangat, bukan tipuan dan ketidakjujuran. Di dalam Kitab Lima Lingkaran, Musashi menulis:

“Jalan seni adalah langsung dan benar, jadi kau harus dengan tegas berusaha mengejar orang-orang lain dan menundukkan mereka dengan prinsip-prinsip sejati”.

Setelah pertarungan itu Musashi memutuskan mundur dari pertarungan, karena rasa bersalahnya sampai membawa kematian lawannya. Musashi kemudian menetap di pulau Kyushu dan tidak pernah meninggalkannya lagi, untuk menyepi dan mencari pemahaman sejati. Dalam penyepian sebelum kematiannya itu Musashi berhasil menyelesaikan bukunya yang berjudul Kitab Lima Cincin (Go Rin no Sho) yang menunjukkan semua pencarian dan pencapaian spiritual serta jawabannya tentang bagaimana menemukan dan mengamalkan jalan.
Ada sembilan poin yang diajarkan Musashi untuk kita semua :
Berpikirlah dengan membuang semua ketidakjujuran.

Bentuklah dirimu sendiri di jalan (yang benar).

Pelajarilah semua seni.

Pahamilah jalan semua pekerjaan.

Pahamilah keunggulan dan kelemahan dari segala sesuatu.

Kembangkan mata yang tajam dalam segala hal.

Pahamilah apa yang tidak terlihat oleh mata.

Berikan perhatian bahkan pada hal-hal terkecil sekalipun.

Jangan melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak realistis.

Kesimpulan Kitab Lima Cincin (Go Rin no Sho) :

1.Menemukan dan Menciptakan Jalan
”Jalan” dalam bahasa Cina disebut dengan “Tao” dan dalam bahasa Jepang disebut “Do”. Seperti halnya akhiran –do yang biasa ada di aliran-aliran bela diri seperti kendo, aikido, karate-do, dan lainnya. Itu menandakan bahwa bela diri tersebut bukan sekadar bela diri saja, tapi juga disiplin dan jalan hidup. Makanya rata-rata beladiri tersebut filosofinya sangat dalam. Akhiran –do banyak dipakai di bela diri yang juga menunjukkan cara hidup. Sering disebut hidup sesuai jalannya, akan mengantar pada kebahagiaan dan sebuah petunjuk untuk hidup yang benar.

Bagaimana caranya menemukan jalan? Jalan dapat ditemukan dengan meniru, mencari, dan menemukan. Tetapi jika memodifikasi dan mencampurnya dengan elemen diri, dan jadilah jalan kreasi kita. Musashi, yang tak punya guru dan tak pernah belajar secara khusus pada seorang guru pun, menempuh jalannya sendiri, juga ternyata terpengaruh oleh Sun Tzu, biksu Zen Takuan Soho, samurai hebat Yagyu Munenori, dan kitab hsinhsinming. Jadi, yang ditemukan Musashi (the book of five rings) sepertinya adalah campuran ajaran Zen dari Takuan dan kitab Hsinhsinming, seni perang Sun Tzu dan keahlian Yagyu, ditambah, diaduk-aduk, dieksperimenkan dengan keseluruhan pengalaman pribadinya.
Musashi sebenarnya lebih layak untuk disebut sebagai seorang otodidak. Musashi membimbing dirinya sendiri untuk mendalami berbagai macam ilmu. Salah satu sumber yang banyak ditimbanya niscaya adalah buah pikiran Sun Tzu.Dikenal sebagai ahli strategi besar-kalau bukan yang terbesar-Sun Tzu hidup hampir 2000 tahun mendahului Musashi (400-320 tahun sebelum Masehi); “Saya suka berpikir betapa hebatnya orang-orang kuno seperti Lao Tse, Konfusius, Socrates, Sun Tzu, sementara kebanyakan dari kita yang hidup pada milenium ketiga ini cuma segini-gini saja.”
Kalau Musashi mendekati strategi melalui contoh-contoh dari tarung-tanding (duel), Sun Tzu lebih membahasnya lewat skenario peperangan. Ada beberapa kalimat dari kitab Seni Berperang (The Art of War) Sun Tzu yang amat membekas di hati Musashi. Selama tiga tahun dalam masa penempaan, Musashi kerap membacanya secara lantang berulang-ulang dengan alunan bagaikan nyanyian;
“Barangsiapa mengenal seni perang, tak akan serampangan ia dalam gerakannya. Ia kaya karsa dalam membatasi kemungkinan.”
“Barangsiapa mengenal dirinya sendiri dan mengenal musuhnya, ia senantiasa menang dengan mudah. Barangsiapa mengenal langit dan bumi, ia menang atas segalanya.”

“Kenali musuhmu, kenali dirimu sendiri dan kemenanganmu tak akan terancam. Kenali medan, kenali iklim, maka kemenanganmu akan lengkap.”

Yang lebih menarik lagi, dalam kemampuannya untuk membaca waktu. Setelah mencapai usia 29 tahun, ia memutuskan untuk berhenti menjadi petarung. Kemudian Musashi mentransformasikan dirinya menjadi seniman dan pada usia yang lebih lanjut Musashi kembali memutuskan untuk menjadi pemikir mengenai Jalan Strategi. Keputusannya untuk pindah jalur dan beralih profesi pada saat yang tepat itu memang memerlukan ketajaman intuisi yang luar biasa. Agaknya, ini juga yang membuat Musashi menjadi petarung kehidupan yang tak terkalahkan. Musashi mengatur dan bukannya diatur oleh waktu kehidupan.
2.Keteguhan Hati Mengamalkan dan Menjaga Jalan
Memang lebih mudah untuk menjadi peka, menjadi arif dan penuh perenungan ketika kita dalam posisi yang penuh kesusahan dimana sendi-sendi harga diri kita dibenamkan dan segala kesombongan diruntuhkan. Mudah untuk memahami bentuk-bentuk pemikiran, perasaan, benda-benda dan penghargaan kita akan arti hidup itu sendiri. Mudah pula untuk menyadari akan kebeningan cita-cita.

Yang tidak mudah adalah untuk tetap konsisten pada pencapaian nurani tersebut. Tidak mudah untuk terus menjaga visi kita yang paling menggebu-gebu sekalipun. Perubahan lingkungan, kemudahan-kemudahan, orang-orang yang berbeda lambat laun dapat melunturkan pencapaian nurani. Pada prosesnya, akan muncul riak-riak yang mengganggu yang mengurangi kadar pemikiran dan tindakan kita.
Musashi pun mengalami naik turunnya semangat dalam mewujudkan jalan pedangnya. Cita-cita yang menjadi visi hidupnya. Musashi sempat terjebak dalam kesombongan sesaat ketika bertemu orang-orang yang terlihat lebih lemah. Jalan pedang seolah-olah menjadi jalan paling berarti dan dalam perjalanannya Musashi banyak mengabaikan unsur-unsur lain di luar dirinya. Musashi kemudian sadar dan berusaha membentuk jalan pedang dengan lurus-lurus pada keyakinan dirinya, menekan segala perasaan lembutnya dan satu hal yang menyelamatkannya dari bahaya keangkuhan adalah keinginannya untuk membuka pintu-pintu ilmu dan belajar dari segala macam orang, segala macam bentuk dan alam semesta.
Dalam kehidupan ini, bukan sekali kita merasakan naik turunnya iman, naik turunnya semangat baik dalam bekerja, menjaga hubungan, dan meraih mimpi-mimpi kita. Bukan sekali dua kali pula kita terjatuh dan kembali pada kebeningan pencapaian nurani. Terlalu dini untuk menyimpulkan jalan pencapain nurani, ada banyak visi dan lebih banyak konsistensi yang akan diperlukan.

Walaupun begitu, ada hal-hal menarik yang agaknya dapat dipelajari dari Musashi. Musashi adalah seorang yang sederhana, rendah hati yang bermain bersih tanpa kecurangan. Musashi keras hati dalam melatih diri dan dalam menimba ilmu berbagai aliran, karena Musashi menyadari bukannya tak mungkin terkalahkan. Musashi selalu menekankan pentingnya timing (ketepatan waktu) dan ritme dalam segala hal. Masuk terlalu cepat atau terlalu lambat dalam pertarungan dipandangnya dapat mengundang persoalan tersendiri. Kemudian perubahan yang terjadi di “langit” dan “bumi” bukan saja harus dicermati melainkan mesti pula diadaptasi untuk keselamatan diri. Juga baginya ilmu pengetahuan itu adalah sebuah “lingkaran bulat”. Artinya, kalau kita bermula dari titik A, setelah melingkar penuh kita akan kembali ke titik A semula. Apa yang dianggap paling elementer adalah juga pelajaran yang paling penting.
Sumber Bacaan:

sinarmotivasi.com

Musashi, Eiji Yoshikawa, Gramedia – Jakarta

The Lone Samurai, William Scott Wilson, Gramedia – Jakarta

The Book of Five Rings, William Scott Wilson, Gramedia

Dipublikasi di Uncategorized | Tag , , , , | Meninggalkan komentar